Selasa, 06 Januari 2015

BUDIDAYA KERBAU RAWA LEWAT KAWIN SUNTIK


INFO TERNAK :

Dinas Kehutanan Peternakan dan Perikanan (Hutnakkan) Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST), Kalimantan Selatan berhasil mengembangkan Inseminasi Buatan (IB) atau kawin suntik bagi kerbau rawa.

Keberhasilan kawin suntik bagi kerbau rawa itu untuk pertama kalinya dan mungkin baru di daerah ini yang berhasil melakukan kawin suntik dan bahkan kemungkinan bukan cuma se HST atau se-Kalsel, tapi juga se-Indonesia. Demikian kata Kepala Dinas Hutnakkan HST, Ahmad Syahrani Effendi, Selasa.

IB merupakan sistem baru yang coba dikembangkan untuk pembiakan hewan dengan cara kawin suntik, khusus kerbau baru di HST. Bekerjasama dengan Balai Inseminasi Buatan (BIB) Banjarbaru dan Kelompok Peternak Kerbau Rawa yang ada di HST, pihaknya secara gigih mencoba mengembangkan IB bagi Kerbau rawa yang banyak terdapat di wilayah Kecamatan Labuan Amas Utara (LAU) atau Desa Sungai Buluh.

Uji coba itu terbukti berhasil dan kini beberapa kerbau rawa yang dilakukan IB, telah melahirkan beberapa ekor anak. Kerbau rawa termasuk salah satu hewan yang sulit dikembangkan dan setiap hamil, kerbau rawa hanya mampu melahirkan satu anak.

IB pada kerbau selama ini dianggap sulit karena birahi pada jenis ternak besar tersebut sulit diketahui. Banyak pakar menganjurkan agar budidaya kerbau dilaksanakan dengan Intensifikasi Kawin Alam (INKA).

Dengan INKA, harus dilakukan pengadaan dan penyebaran kerbau jantan, sementara jumlah kerbau jantan di kalangan peternak kerbau sangat sedikit dan pengadaan kerbau jantan sulit diwujudkan, karena terbatasnya dana pemerintah untuk pengadaan ternak. Dengan keberhasilan IB oleh Dinas Hutnakkan HST, memberikan peluang bagi pengembangan dan budi daya kerbau rawa.

Kepala Bidang (Kabid) Peternakan Dinas Hutnakan HST, Fatoni Zulkarnaen berharap, keberhasilan itu dibarengi dengan kemauan masyarakat untuk lebih mengembangkan kerbau rawa. “Ke depan perlu dipikirkan, bagaimana meningkatkan kesadaran masyarakat agar mengubah pola beternak kerbau menjadi lebih intensif dan efisien,” ujarnya.

Ia menjelaskan, kesadaran itu antara lain dengan menggembalakan ternak di padang pengembalaan berupa kawasan rawa yang mudah dijangkau petugas kesehatan hewan atau inseminator. Dengan begitu, pemeriksaan induk, penyuntikan hormon dan pelaksanaan IB dapat berjalan lebih cepat, sehingga bisa lebih banyak ternak yang dilayani dan hemat biaya.

Meneropong Kelompok Ternak Kerbau Rawa Teluk Ridan

Hari tampak mendung ketika rombongan Humas dan Protokol Kutai Kartanegara yang dipimpin Sri Wahyuni bergerak ke Desa Pulau Harapan untuk melihat peternakan Kerbau Rawa (B. Bubalis Carabenesis) atau kerbau liar (Bubalis Amee). Perjalanan terasa mengasikkan, karena sepanjang jalan banyak ditemui aktivitas warga yang mencari ikan dengan berbagai cara, ada yang memancing, menggunakan bubu, tempirai, ancau dan lain-lain.

Setengah jam berlalu hujan pun turun deras, bersamaan dengan hujan turun tampak panggung luas ditepi sungai yang diatasnya terlihat berdesakan Kerbau berkulit gelap. Terlihat seorang pria paruh baya menyusun rumput dipinggir panggung kerbau tersebut.

Ya, ternyata rombongan telah tiba di Peternakan Kerbau Rawa milik kelompok ternak Teluk Ridan Desa Pulau harapan Muara Muntai yang merupakan kawasan komoditas ternak Kerbau Rawa kabuaten Kukar.
Long Boat langsung merapat menghampiri pria yang basah akibat hujan tersebut, Daud namanya. Daud adalah satu dari sepuluh orang yang bertugas mengembala kerbau-kerbau rawa tersebut.

Kerbau dewasa dilepas kerawa dan danau untuk mencari makan sendiri
“Tak tau pasti berapa ekor kerbau di kalang (panggung tempat kerbau.red) ini, yang jelas lebih dari 500 ekor,” ujar Daud sambil menysun rumput dipingir kalang kerbau.
Setelah itu dikatakannya, jika ingin tahu lebih banyak tentang Kerbau Rawa atau kerbau kalang di peternakan itu dirinya menyarankan agar menunggu sejenak Ketua Kelompok Ternak Teluk Ridan yang rutin datang ke Kalang setiap pagi.

Rombongan Humas pun dipersilahkannya menunggu di pondok ukuran 3×3 meter yang terletak kira-kira 15 meter dari Kalang Kerbau. Menurut Daud pondok itu merupakan tempat beristirahat bagi dirinya dan rekan-rekan sesama penggembala Kerbau.
Hujan pun belum berhenti dan masih lebat sembari duduk-duduk dipondok sambil mengawasi tingkah laku kerbau di Kalang, tampak beberapa rekan Daud dengan masing-masing menngendarai perahu ketinting yang sarat akan muatan rumput pakan Kerbau berdatangan.

Rumput-rumput dari Ketinting itu diratakan dan disebar di setaip sisi luar Kalang. Berbekal sebatang kayu sebesar jari telunjuk dengan panjang kurang lebih 2 meter, Daud dan rekannya tampak memisahkan anak kerbau dengan kerbau dewasa dengan sedikit memukul-mukul punggung kerbau.

Tampak anak-anak kerbau dikumpulkan pada sisi Kalang yang sudah disebar rumput, dan kerbau dewasa dengan tanduk panjang lebih dari 50 cm di pindahkan kesisi lainnya yang tidak diberi rumput pakanan.

Kasubag Data Informasi Bagian Humas dan Protokol, Rianto yang juga ikut pada perjalanan tersebut langsung memanggil ketua Kelompok peternak tersebut.
Bergegas Ketua Kelompok ternak Teluk Ridan, H Basnan menghampiri pondok tempat rombongan Humas dan Protokol yang lengkap dengan camera video dan photo berkumpul.
“Saya basah ini, kotor lagi tidak enak menemui tamu dengan keadaan begini,” ujarnya sambil memegangi bajunya, dari atas perahunya yang telah berada tepat dipintu pondok.

Dengan sedikit dipaksa H Basnan, akhirnya mau masuk dipondok menemui Rombongan Humas dan Protokol. Dikatakannya bahwa beruntung Rombongan Humas datang pada waktu air sedang pasang, karena jika air pasang kerbau akan dinaikkan ke Kalang.
Sedangkan air pasang didaerah tersebut hanya dua kali setahun, selebihnya sepanjang musim air surut kerbau tidak berada di Kalang namun di rawa-rawa dan danau sekitar desa Desa Pulau Harapan. Jadi hanya dua kali dalam setahun kerbau berada di Kalang selama air pasang.

“Pas dinaikkan ke Kalang, baru kelihatan induk kerbau sudah pulang masing-masing bawa seekor anak hasil pembiyakan alami selama dilepas,” paparnya.
Kembali ditanyakan kepada H Basnan tentang berapa jumlah Kerbau Rawa, dijawabnya pada thaun 2008 lalu keseluruhannya berjumlah 400 ekor. Setiap tahunnya paling sedikit bertambah 100 kerbau hasil perkembang biakan alami.
“Jadi kira-kira sekarang lebih dari 600 ekor kerbau disini, milik 30 orang anggota kelompok saya,” ujar H Basnan yang ternyata juga Kepala Desa Pulau Harapan.

Hasilkan Rp 120 juta per tahun

Ketua Kelompok ternak Teluk Ridan, H Basnan yang juga Kades Pulau Harapan ikut mengurus kerbaunya saat pagi hari DALAM setahun kelompok Kerbau Rawa milik kelompok ternak Teluk Ridan Desa Pulau harapan Muara Muntai, rata-rata terjual 50 ekor.
Ketua kelompok ternak Kerbau Teluk Ridan H Basnan mengatakan, pembelinya langsung datang ke Kalang.

“Yang beli itu orang dari Kalimantan Selatan, dan langsung dibawa kesana (Kalsel.Red) dalam kedaan hidup, jadi tidak di sembelih disini,” ungkapnya.
Menurutnya, pembeli Kerbau datang saat musim Kerbau naik Kalang saat air pasang pertama, yaitu sekitar bulan Januari.
Dikataknnya bahwa, harga jual Kerbau dewasa bermur 2,5 sampai 3 tahun rata-rata per ekornya Rp 12 juta. Kerbau milik H Basnan sendiri berjumlah 60 ekor dan dalam setahun terjual 10 ekor, jadi dalam setahun dirinya meraup Rp 120 juta.

“Alhamdulillah dari hasil kerbau ini, tahun 1990 saya dan isteri pergi Haji, anak-anak saya sudah sarjana dan jadi-jadi semua,” ungkapnya.
Saat ditanya waktu membagi tugasnya sebagai Kepala Desa dan peternak, dijelaskannya bahwa pagi-pagi waktu untuk mengurus kerbau setelah itu baru ke Kantor.
Saat ditanya kesulitan memelihara Kerbau, dijawabnya memelihara kerbau hanya perlu ketekunan dan kesabaran. Apa lagi saat air pasang tiba, perlu perlakuan ekstra terutama pada anak-anak kerbau yng harus tetap tinggal di Kalang, dan konsekwensinya adalah mengambilkan pakan.
“Pakannya ya rumput di sekitar danau ini, tinggal potong saja tak perlu keluar biaya, yang penting tekun,” ujarnya.

Asal Usul Kerbau Rawa Teluk Ridan

Setahu H Basnan yang merupakan Ketua kelompok ternak teluk Ridan, Kerbau Rawa sudah ada didesanya sebelum tahun 1950, asalnya yaitu dari Desa Bentian Besar dengan jumlah 50 ekor. Yang disebutnya sebagai generasi pertama dari keluarganya yang beternak Kerbau itu.

Lalu pada tahun 1965 memasuki generasi ke dua, setelah itu pada generasi ke tiga yaitu oleh orang tua H Basnan pada thun 1975 mulai di bangun kalang.
“Saat itu saya masih muda tapi sudah bantu orang tua, saya ingat tahun 75 itu bangun kalang dari ulin, selain dari biaya kelompok juga dibantu pemerintah,” papar H Basnan yang juga Kades Pulau Harapan Muara Kaman itu.

H Basnan selanjutnya mengatakan dirinya sendiri adalah genersi keempat, mulai terjun langsung saat orang tuanya meninggal pada tahun 1979, dan H Basnan yang meneruskan peternakan tersebut berasama kelompoknya.

Peternakannya juga pernah menerima bantuan dari Pemerintah, diantaranya pada tahun 1990 oleh pemerintah pusat dibantu sembilan ekor induk kerbau, dan sudah berhasil dikembang biakkan dan dikembalikan pada tahun 1995. Pada tahun 1996 datang lagi bantuan pemerintah, sebanyak 50 ekor.

“2006 oleh pemerintah pusat dibantu dana Rp 280 Juta, dana itu digunakan untuk membeli bibit ternak.Sampai sekarang jumlah Kerbau disini menjadi 600 an ekor,” paparnya.

Lebih lanjut dijelaskannya, Pemkab Kukar belum lama ini memberikan bantuan pembuatan kalang berukuran 6 x 40 meter. Jadi saat ini luas Kalang peternakan teluk ridan seluruhnya berukuran 6 x 200 meter.

Peternakan Teluk Ridan juga pernah ditinjau dan diplajari oleh peternak dari Mataram, Universitas Airlangga, dari Bogor.

“Mereka juga magang beberapa minggu disini,” jelasnya.
Mengenai penyakit Kerbau, dijelaskannya sepuluh tahun terakhir ini tidak ada kejadian luar biasa tentang penyakit. Pemkab melalui Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan kerap datang ke peternakannya dan memeriksa kesehatan Kerbau nya.

Tearkhir kali, pada tahun 1990 terjadi kejadian luar biasa kerbau mati hingga 70 ekor. “Saat itu pas datang bibit dari Donggala, tak berapa lama setelah dikumpulkan dengan Kerbau asli sini, eh … malah mati sampai 70 ekor,” ungkapnya.

Dijelaskannya penyebab dari kematian itu adalah penyakit Sura atau bisa juga disebut penyakit tujuh keliling. Gejalanya, kerbau terlihat gelisah dan hiper aktif lalu berputar-putar hingga akhirnya mati.
Suasana duka pun pernah menyelimuti peternakan Kerbau Rawa Teluk Ridan, H Basnan mengatakan tahun 1990 salah seorang anggotanya tewas ditanduk kerbau.
“Kejadiannya di kalang ini, padahal teman saya hanya lewat disamping kerbau yang baru melahirkan. Tiba-tiba kerbau itu langsung mengaitkan tanduknya diperut rekan saya, kejadiannya tiba tiba dan cepat,” demikian ujarnya.

600 Kerbau Digembalakan 10 Orang

Usai panjang lebar berbincang mengeni Kerbau, H Basnan kembali melanjutkan paktivitasnya dan masuk ke Kalang. Kerbau dewasa yang telah dipisahkan dari anak kerbau siap turun untuk digembalakan, tampak ratusan kerbau dewasa dengan tanduk panjang sebesar lengan orang dewasa yang melengkung berberais dan berdesakan dipintu kalang. Anak-anak kerbau tetap tinggal di kalang yang sudah disediakan makanan.
“Anaknya tidak dikeluarkan karena belum mahir berenang, saat ini air dirawa tinggi,” ujarnya.

Saat pintu Kalang dibuka, Kerbau tersebut langsung terjun kesungai. Kerbau pun berenang, tak disangka hewan berbobot hingga 500 kg perekor mampu berenang. Kerbau-kerbau itu langsung melahap daun pepohonan dan tumbuhan lainnya yang berada disekitar kalang yang berada diatas air.
Setelah semua kerbau keluar, sepuluh pengembala termasuh Daud (orang pertama yang kami temu di Kalang) tampak berada dibelakang kerbau-kerbau tersebut. Dengan galah bamboo sepanjang lima meter yang ujungnya di beri kayu bercabang, Daud dan rekannya menggiring kerbau dewasa itu kerawa-rawa yang lumayan jauh dari Kalang.
Pemandangan luar biasa terjadi saat itu, teringat film Cowboy yang menggembalakan ternaknya dari atas kuda. Namun, di peternakan kerbau rawa Teluk Ridan penggembala menggembalakan ternak dari atas perahu dengan berbekal galah untuk mengarhkan kerbau-kerbaunya.

“Kami bersepuluh, setiap orang rata-rata menggembala 60 ekor kerbau. Kami bawa kerbau kerawa disana untuk makan,” ujar Daud sambil sibuk mengarahkan kerbau-kerbaunya.
Mirip jalanan yang sedang padat kendaraan, sungai selebar lima meter yang menjadi perlintasan kerbau tampak sesak oleh kerbau yang menuju rawa tempat dimana biasa mereka digembalakan. Hanya kepala-kepala kerbau yang tampak dipermukaan sungai, tubuhnya tenggelam diair saat hewan itu berenang. Setelah menyaksikan hal itu, Rombongan Humas pun bergerak kembali menuju Kota Bangun.

Sumber : http://matanews.com
http://www.vivaborneo.com

IKAN MUJAIR


NYENGGET ...!! :

Ikan Mujair (Oreochromis mossambica) merupakan ikan yang telah beradaptasi luas di Indonesia berkat kemampuan berkembangbiaknya yang cepat. Telur mujair dierami di dalam mulut induk betina selama 3-4 hari. Larva yang baru menetas akan hidup dari kuning telurnya selama 5-7 hari. Pada hari ke 8, larva mujair mulai bisa makan Selama periode 14-17 hari larva mujair dilindungi oleh induk betina di dalam mulutnya. Sesekali larva ikan keluar dari mulut induknya, berenang di sekitar induknya untuk mendapatkan makanan.

Ketika lepas dari perlindungan mulut induk betina, larva mujair biasanya mencapai ukuran 9 ? 10 mm. Tingkat ketahanan hidup larva sampai dengan tahap ini bervariasi antara 80 ? 90 % dari total larva yang ditetaskan. Predator larva mujair adalah ikan-ikan predator yang berukuran lebih besar misalnya ikan Gabus.

Secara umum Orechromis termasuk kelompok herbivora, tetapi ada perbedaan nyata antar jenis ikan Orechromis. Ikan mujair mampu mengkonsumsi berbagai jenis makanan di lingkungannya, seperti plankton, sisa-sisa dedaunan, organisme bentos, detritus, larva ikan lain dan sebagainya.

Juvenil mujair cenderung mengkonsumsi zooplankton, tetapi pada fase remaja mujair cenderung omnivora yang mengkonsumsi berbagai bahan organik di dasar perairan seperti sisa-sisa bahan organik yang terurai di dasar perairan, dedaunan dan periphyton. Saat dewasa, selain detritus, plankton dan periphyton, ikan mujair juga mampu memakan serangga kecil di perairan.

Kecepatan pertumbuhan mujair dipengaruhi oleh kondisi lingkungan dan jenis kelaminnya. Secara umum ikan mujair yang hidup di alam tumbuh lebih lambat dibandingkan yang dipelihara di dalam kolam. Meski demikian ikan yang hidup di alam mencapai kematangan gonad pada ukuran yang lebih besar dan usia yang lebih lama dibandingkan dengan yang dipelihara di kolam. Pengaruh lingkungan terhadap laju pertumbuhan ikan sangat besar sehingga variasi laju pertumbuhan ikan juga tinggi. Ada kalanya mujair mencapai berat 90 ? 100 g dalam waktu 5-6 bulan, tetapi di lain tempat ikan mujair baru bisa mencapai ukuran 90 g setelah berumur 1 tahun.

Ikan mujair yang dipelihara secara tradisional di kolam-kolam pekarangan rumah di Indonesia biasanya mencapai berat 100 g dalam waktu 4-5 bulan. Kolam-kolam tersebut biasanya diberi pupuk dan ikan diberi tambahan makanan dari sisa-sisa buangan dapur.
Ikan mujair (dan kelompok ikan Orechromis lainnya) termasuk jenis yang tahan terhadap perubahan kondisi lingkungan perairan. Tingkat kelulushidupan mujair di kolam-kolam peliharaan mulai dari tebar ukuran fingerling (benih ukuran 5-7 cm) sampai dengan panen berkisar antara 70-90 %

Ikan mujair yang hidup di alam mencapai kematangan gonad pada ukuran 100 -150 g (8-12 bln), sedangkan ikan yang dipelihara di kolam biasanya baru matang gonad pada ukuran 200 g ke atas. Karena di alam ikan mujair cenderung lebih cepat matang gonad, maka perkembangbiakannya cenderung lebih cepat. Mujair mendiami hampir seluruh perairan di Indonesia, baik waduk, sungai maupun rawa-rawa. Demikian, semoga bermanfaat.

1. SEJARAH SINGKAT
Ikan mujair merupakan jenis ikan konsumsi air tawar, bentuk badan pipih dengan warna abu-abu, coklat atau hitam. Ikan ini berasal dari perairan Afrika dan pertama kali di Indonesia ditemukan oleh bapak Mujair di muara sungai Serang pantai selatan Blitar Jawa Timur pada tahun 1939. Ikan mujair mempunyai toleransi yang besar terhadap kadar garam/salinit as. Jenis ikan ini mempunyai kecepatan pertumbuhan yang relatif lebih cepat, tetapi setelah dewasa percepatan pertumbuhannya akan menurun. Panjang total maksimum yang dapat dicapai ikan mujair adalah 40 cm.

Pernahkah anda makan lauk ikan Mujair? Ikan Mujair yang pada awalnya hidup di air laut namun sejak tahun 1936 ikan itu dapat hidup di air tawar berkat kegigihan orang yang bernama Mujair dari Blitar. Ikan Mujair nama ilmiahnya adalah Oreochromis mossambicus, dan dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Mozambique tilapia, kadang-kadang orang menyebutnya "Java tilapia".

Hari ini tepat tanggal 25 Maret 2010, sekelompok anak muda Blitar yang dikoordinir Mas Doni 'blek' Widodo dan Mas Awan Lukitha menggelar acara Peringatan hari ditemukannya ikan Mujair pada tanggal 25 Maret 1936. Acara digelar di makam Mbah Mujair Desa Papungan Kecamatan Kanigoro Blitar. Tujuannya untuk menghormati sekaligus mengajak masyarakat luas menghargai jasa Mbah Mujair yang mana berkat upaya beliau Ikan Mujair dapat mudah dikembangbiakkan di seluruh Indonesia sebagai konsumsi.

Dengan acara ceremonial yang cukup sederhana, yang pada inti acara itu adalah menghaturkan doa'- do'a untuk arwah Mbah Mujair yang telah meninggal pada 7 September 1967. Acara yang digelar di komplek makam Desa Papungan itu merupakan pertama kali dilakukan atas prakarsa Mas Doni Dkk.

Selain para undangan hadir pula dalam acara peringatan tersebut adalah Bapak Kepala Desa papungan, perwakil dari Kecamatan Kanigoro, perwakilan dari Dinas terkait dan juga hadir pula Mbah Moenir putra ke 5 Mbah Mujair serta Ibu Sri Supadmi cucu Mbah Mujair. Diakhir acara, undangan dipersilahkan menabur bunga di pusara Mbah Mujair dan istrinya, dan yang pertama diberi kesempatan amenaburkan bunga adalah adalah Mbah Moenir dan Mbah Sri Supadmi selaku sanak keluarga Mbah Mujair. Berikutnya seluruh undangan dipersilahkan menikmati hidangan sederhana dengan lauk Ikan Mujair sebagai tanda pengingat betapa Mbah Mujair memiliki andil besar dalam mempermudah memelihara atau beternak Ikan Mujair untuk kemudian dikonsumsi sampai sekarang.

Sampai saat ini belum banyak yang tahu, bahwa Ikan Mujair yang sering kali dikonsumsi masyarakat Blitar khususnya dan Indonesia pada umumnya pada awalnya merupakan buah karya pemijahan yang dilakukan mbah Mujair sehingga ikan Java Tilapia itu dapat dikembangbiakkan dalam air tawar. Merujuk piagam penghargaan yang diterima Mbah Mujair tidak hanya dari pemerintah era Bung Karno namun juga dari negara-negara asia, kiranya patutlah untuk dibanggakan sekaligus dapat dijadikan motivator bagi generasi sekarang.

Mbah Mujair layak mendapat tempat sebagaimana orang-orang yang telah berjasa terhadap bangsa ini khususnya dalam bidang ekonomi yang tidak kalah penting dari bidang-bidang lainnya.

2. SENTRA PERIKANAN
Sentra perikanan terdapat didaerah Jawa Barat, Jawa Tengah, Sumatera, Kalimantan.

3. JENIS
Klasifikasi ikan mujair adalah sebagai berikut: Kelas : Pisces Sub kelas : Teleostei Ordo : Percomorphi Sub-ordo : Percoidea Famili : Cichlidae Genus : Oreochromis Species :Oreochromis mossambicus

Adapun jenis ikan mujair yang dikenal antara lain: mujair biasa, mujair merah (mujarah) atau jamerah dan mujair albino.

4. MANFAAT
Sebagai sumber penyediaan protein hewani.

5. PERSYARATAN LOKASI
1) Tanah yang baik untuk kolam pemeliharaan adalah jenis tanah liat/lempung, tidak berporos. Jenis tanah tersebut dapat menahan massa air yang besar dan tidak bocor sehingga dapat dibuat pematang/dinding kolam.
2)Kemiringan tanah yang baik untuk pembuatan kolam berkisar antara 3-5% untuk memudahkan pengairan kolam secara gravitasi.
3)Ikan mujair dapat tumbuh normal, jika lokasi pemeliharaan berada pada ketinggian antara 150-1000 m dpl.
4) Kualitas air untuk pemeliharaan ikan mujair harus bersih, tidak terlalu keruh dan tidak tercemar bahan-bahan kimia beracun, dan minyak/limbah pabrik.
5) Ikan mujair dapat berkembang pesat di kolam, sawah, kakaban, dan sungai air deras. Kolam dengan sistem pengairannya yang mengalir sangat baik bagi pertumbuhan dan perkembangan fisik ikan mujair. Debit air untuk kolam air tenang 8-15 liter/detik/ha, sedangkan untuk pembesaran di kolam air deras debitnya 100 liter/menit/m3.
6) Keasaman air (pH) yang baik adalah antara 7-8.
7) Suhu air yang baik berkisar antara 20-25 derajat C.

6.PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA

6.1.Penyiapan Sarana dan Peralatan
1) Kolam Sarana berupa kolam yang perlu disediakan dalam usaha budidaya ikan mujair tergantung dari sistim pemeliharaannya (sistim 1 kolam, 2 kolam dlsb). Adapun jenis kolam yang umum dipergunakan dalam budidaya ikan mujair antara lain:

a. Kolam pemeliharaan induk/kolam pemijahan Kolam ini berfungsi sebagai kolam pemijahan, kolam sebaiknya berupa kolam tanah yang luasnya 50-100 meter persegi dan kepadatan kolam induk hanya 2 ekor/m2. Adapun syarat kolam pemijahan adalah suhu air berkisar antara 20-22 derajat C; kedalaman air 40-60 cm; dasar kolam sebaiknya berpasir.

b. Kolam pemeliharaan benih/kolam pendederan Luas kolam tidak lebih dari 50-100 meter persegi. Kedalaman air kolam antara 30-50 cm. Kepadatan sebaiknya 5-50 ekor/meter persegi. Lama pemeliharaan di dalam kolam pendederan/ipukan antara 3-4 minggu, pada saat benih ikan berukuran 3-5 cm.

c. Kolam pembesaran Kolam pembesaran berfungsi sebagai tempat untuk memelihara dan membesarkan benih selepas dari kolam pendederan. Adakalanya dalam pemeliharaan ini diperlukan beberapa kolam pembesaran, yaitu: -Kolam pembesaran tahap I berfungsi untuk memelihara benih ikan selepas dari kolam pendederan. Kolam ini sebaiknya berjumlah antara 2-4 buah dengan luas maksimum 250-500 meter persegi/kolam.

Pembesaran tahap I ini tidak dianjurkan memakai kolam semen, sebab benih ukuran ini memerlukan ruang yang luas. Setelah benih menjadi gelondongan kecil maka benih memasuki pembesaran tahap kedua atau langsung dijual kepada pera petani. - Kolam pembesaran tahap II berfungsi untuk memelihara benih gelondongan besar. Kolam dapat berupa kolam tanah atau sawah. Keramba apung juga dapat digunakan dengan mata jaring 1,25–1,5 cm. Jumlah penebaran pembesaran tahap II sebaiknya tidak lebih dari 10 ekor/meter persegi. -Pembesaran tahap III berfungsi untuk membesarkan benih. Diperlukan kolam tanah antara 80-100 cm dengan luas 500-2.000 meter persegi.

d. Kolam/tempat pemberokan Merupakan tempat pembersihan ikan sebelum dipasarkan

2) Peralatan Alat-alat yang biasa digunakan dalam usaha pembenihan ikan mujair diantaranya adalah: jala, waring (anco), hapa (kotak dari jaring/kelambu untuk menampung sementara induk maupun benih), seser, ember-ember, baskom berbagai ukuran, timbangan skala kecil (gram) dan besar (Kg), cangkul, arit, pisau serta piring secchi (secchi disc) untuk mengukur kadar kekeruhan. Sedangkan peralatan lain yang digunakan untuk memanen/menangkap ikan mujair antara lain adalah warring/scoopnet yang halus, ayakan panglembangan diameter 100 cm, ayakan penandean diameter 5 cm, tempat menyimpan ikan, keramba kemplung, keramba kupyak, fish bus (untuk mengangkut ikan jarak dekat), kekaban (untuk tempat penempelan telur yang bersifat melekat), hapa dari kain tricote (untuk penetasan telur secara terkontrol) atau kadang-kadang untuk penangkapan benih, ayakan penyabetan dari alumunium/bambu, oblok/delok (untuk pengangkut benih), sirib (untuk menangkap benih ukuran 10 cm keatas), anco/hanco (untuk menangkap ikan), lambit dari jaring nilon (untuk menangkap ikan konsumsi), scoopnet (untuk menangkap benih ikan yang berumur satu minggu keatas),seser (gunanya= scoopnet, tetapi ukurannya lebih besar), jaring berbentuk segiempat (untuk menangkap induk ikan atau ikan konsumsi).

3) Persiapan Media Yang dimaksud dengan persiapan adalah melakukan penyiapan media untuk pemeliharaan ikan, terutama mengenai pengeringan, pemupukan dlsb. Dalam menyiapkan media pemeliharaan ini, yang perlu dilakukan adalah pengeringan kolam selama beberapa hari, lalu dilakukan pengapuran untuk memberantas hama dan ikan-ikan liar sebanyak 25-200 gram/meter persegi, diberi pemupukan berupa pupuk buatan, yaitu urea dan TSP masing-masing dengan dosis 50-700 gram/meter persegi, bisa juga ditambahkan pupuk buatan yang berupa urea dan TSP masing-masing dengan dosis 15 gram dan 10 gram/meter persegi.

6.2. Pembibitan Untuk menyiapkan bibit ikan mujair yang akan dipelihara, perlu diperhatikan hal-hal penyiapan media pemeliharaan, pemilihan dan pemeliharaan induk, penetasan dan persyaratan bibit, ciri-ciri bibit dan induk unggul.

1) Pemilihan Induk Ciri-ciri induk bibit mujair yang unggul adalah sebagai berikut:
a.Mampu memproduksi benih dalam jumlah yang besar dengankwalitas yang tinggi.
b. Pertumbuhannya sangat cepat.
c.Sangat responsif terhadap makanan buatan yang diberikan.
d. Resisten terhadap serangan hama, parasit dan penyakit.
e. Dapat hidup dan tumbuh baik pada lingkungan perairan yang relatif buruk.
f. Ukuran induk yang baik untuk dipijahkan yaitu 100 gram lebih per ekornya.

Adapun ciri-ciri untuk membedakan induk jantan dan induk betina adalah sebagai berikut:
a. Betina - Terdapat 3 buah lubang pada urogenetial yaitu: dubur, lubang pengeluaran telur dan lubang urine.
-Ujung sirip berwarna kemerah-merahan pucat tidak jelas.
-Warna perut lebih putih.
-Warna dagu putih.
-Jika perut distriping tidak mengeluarkan cairan.

b. Jantan -Pada alat urogenetial terdapat 2 buah lubang yaitu: anus dan lubang sperma merangkap lubang urine.
-Ujung sirip berwarna kemerah-merahan terang dan jelas.
-Warna perut lebih gelap/kehitam-hitaman.

Sumber : http://www.trobos.com
Budidaya Ikan Mujair
Mengenang Mbah Mujair

Sabtu, 03 Januari 2015

BUDIDAYAKAN CUMI-CUMI


REFERENSI :

Kabar gembira bagi para nelayan yang biasa menangkap cumi-cumi di laut. Kini, tak perlu lagi mengalami masa paceklik sejak ditemukannya teknik membudidayakan cumi-cumi.

Indonesia memang sudah terkenal dengan basil lautnya dan merupakan salah satu produsen komoditas perikanan yang memasok produksinya ke berbagai mancanegara. Salah satu komoditas perikanan bernilai ekonomi tinggi yang juga merupakan produk ekspor andalan negara kita adalah cumi-cumi. Itu ditandai dengan nilai ekspor binatang laut yang dikelompokkan ke dalam hewan yang memiliki kaki di kepala ini (keluarga chephalopoda) selama lima tahun terakhir terus meningkat.

Selama ini Jepang, Amerika dan negara-negara Eropa merupakan negara tujuan utama ekspor biota laut yang memiliki nama latin lepiotenhis lessoniana. Di banyak negara cumi-cumi selain dimanfaatkan untuk bahan baku berbagai jenis makanan, juga digunakan sebagai umpan untuk memancing ikan di laut.

Eskpor cumi-cumi yang pada tahun 2001 mencapai 13 ribu ton lebib (senilai US$ 22 ribu) nilai produksi ekspornya menunjukkan peningkatan yang cukup tajam pada tabun 2005. Tahun lalu jumlahnya berlipat menjadi 25 ribu ton lebih (senilai lebih dari US$ 42 ribu). Peningkatan nilai ekspor ini ternyata masih jauh lebih kecil dari kebutuhan cumi-cumi di pasar dunia.

Di Amerika tahun lalu saja membutuhkan 640 ribu ton cumi-cumi. Di saat yang sama Jepang membutuhkan 580 ribu ton, sementara produksi dalam negerinya hanya mampu menghasilkan sekitar 200 ribu ton saja. Sebagai informasi barga cumi-cumi di negara sakura ini kini mencapai US$ 2,5 per kilogram. Dari data ini dapat disimpulkan bahwa peluang ekspor cumi-cumi masih terbuka lebar dan cukup menjanjikan.

Meski hasil ekspor cumi-cumi memperlibatkan tren yang terus membaik setiap tahunnya, bukan berarti selama ini tidak ada kendala yang dihadapi oleh para nelayan dalam berburu cumi-cumi. Hampir seluruh hasil ekspor cumi-cumi Indonesia saat ini masih mengandalkan hasil tangkap dari laut. Artinya pasokan nelayan sangat tergantung dari musim. Seperti misalnya di selat Alas (selat yang menghubungkan antara pulau Lombok dan sumbawa) pada periode Oktober – April merupakan masa panen cumi-cumi, tiap bulannya tangkapan para nelayan rata-rata bisa mencapai lebih dari 100 ton. Sebaliknya selama April – September merupakan saat paceklik cumi-cumi, pada saat paceklik para nelayan ini tentu saja pendapatannya akan menurun bahkan bisa saja terjadi sama sekali tidak ada pemasukan dari basil tangkap cumi-cumi ini.

Selain itu, keberadaan cumi-cumi ini juga sangat tergantung dari kondisi ekosistem terumbu karang. Terumbu karang bagi cumi-cumi merupakan tempat untuk bertelur dan mencari makanan. Sayangnya kondisi terumbu karang di perairan Indonesia saat ini sangat memprihatinkan. Berdasarkan keterangan yang diperoleh dari Departemen Kelautan dan Perikanan total luas terumbu karang Indonesia mencapai 60 ribu kilometer persegi, sementara yang kondisinya dianggap masih baik kurang dari 6%. Sisanya yang 94 % tentu saja sangat buruk keadaannya. Melihat fenomena ini maka bisa diprediksikan bahwa dalam beberapa tahun lagi populasi cumi-cumi akan mulai berkurang. Hal ini tentu saja juga akan mengakibatkan penurunan produksi ekspor cumi-cumi.

Populasi cumi-cumi semakin hari kian terancam keberadaanya, mengingat kini makin meningkat intensitas pencemaran dan kerusakan lingkungan di laut. Hal ini tentu saja akan berpengaruh terhadap ekosistem laut terutama cumi-cumi yang tergolong hewan yang amat peka terhadap pencemaran. Sedikit saja terjadi perbedaan kualitas air akanmenghindar dari kawasan perairan tersebut.

Melihat ancaman yang serius dari keberadaan cumi-cumi ini, Mulyono S. Baskoro, Peneliti dari Fakultas Perikanan dan Kelautan Institut Pertanian Bogor, melakukan penelitian untuk mengembangkan teknik budidaya cumi-cumi. Baskoro pun kini mulai menikmati hasil kerja kerasnya selama ini dalam menemukan teknik membudidayakan cumi-cumi.

Dalam memulai penelitian budidaya cumi-cumi ini, Baskoro memang dihadang berbagai kendala. Diantaranya disebabkan oleh perilaku hewan itu sendiri yaitu belum mau dikawin paksa. Maksudnya hewan ini tetap saja hanya mau bertelur di habitat aslinya. Untuk mengatasi hal ini, Baskoro menemukan sebuah cara yang cukup cerdik, yakni dengan menyediakan tempat khusus untuk induk cumi-cumi bertelur yang disebut atraktor. Atraktor ini dipasang di habitat aslinya. Setelah sang induk bertelur baru telur-telur tersebut dipindahkan ke keramba jaring apung untuk ditetaskan. Lewat cara ini, Baskoro tidak memaksakan induk cumi-cumi untuk bertelur di luar habitatnya.

Atraktor ini sebenarnya merupakan alat sejenis rumpon dengan desain menyerupai bentuk seperti kelopak bunga. Berdiameter 120 cm dan tinggi 35 cm. Untuk membuat alat ini sangatlah mudah. Bahan-bahan yang dipergunakan untuk membuat alat ini pun gampang diperoleh di mana saja. Seperti kawat, tambang dan lembaran plastik hitam yang berfungsi untuk menutup bagian atas rumpon ini. “Untuk membuat satu unit atraktor hanya membutuhkan biaya Rp 300 ribu,” ujar Baskoro.

Pakannya Tak Terlalu Sulit
Alat ini memang dibuat sedemikian rupa agar cumi-cumi betah berada di dalam sarang buatan ini. Di dalam atraktor ini ditempatkan serabut-serabut dari tali agar mirip tumbuhan laut, tempat cumi-cumi biasa meletakkan telurnya. Di bagian atas atraktor ditutup dengan plastik hitam agar kondisi di dalam rumpon ini gelap tak tersentuh cahaya matahari. Ini sengaja dilakukan sebab biota laut yang satu ini memang tergolong hewan yang aktif di saat malam hari.

Meskipun terlihat sederhana namun untuk penelitian membuat sarang bagi induk cumi-cumi ini membutuhkan waktu yang tidak sedikit. Baskoro telah melakukan penelitian penggunaan atraktor ini sejak empat tahun yang lalu. Penelitian untuk budidaya cumi-cumi dan penemuan atraktor ini sejatinya memang dilakukan Baskoro untuk menolong para nelayan cumi-cumi. “Ide awal membuat alat ini adalah agar para nelayan tidak kekurangan pasokan cumi-cumi di saat musim paceklik,” ujarnya.

Untuk mempergunakan alat ini, Baskoro menganjurkan agar seyogyanya diletakkan di dasar perairan – sekitar 5 – 7 meter dari permukaan laut – yang memang telah di ketahui menjadi habitat cumi-cumi. Yakni di dasar perairan sekitar terumbu karang dengan kondisi perairan yang jernih dan arus yang tidak terlalu kuat. Biasanya bila melihat tempat yang “nyaman dan asyik” cumi-cumi dewasa akan segera kawin di dalam sarang buatan ini. Idealnya penempatan atraktor ini dilakukan pada saat musim panen cumi-cumi.

Setelah satu bulan diletakkan baru terlihat ada telur cumi-cumi yang diletakkan induknya di alat tersebut. Kemudian selanjutnya telur-telur itu dipindahkan ke lokasi jaring apung untuk ditetaskan. Lokasi jaring apung ini sebaiknya jangan terlalu jauh dengan lokasi penempatan atraktor. Hal ini, selain tidak efisien juga akan menambah resiko rusaknya telur saat dipindahkan. Sekitar dua minggu setelah dipindahkan baru telur-telur itu akan menetas. Empat bulan kemudian setelah di pelihara di jaring apung dengan padat penebaran sekitar 50 ekor per meter3 cumi-cumi ini siap dipanen.

Seekor induk cumi-cumi rata-rata mampu menghasilkan sekitar 500 butir telur. Pembudidaya cumi-cumi seyogyanya memiliki 10 unit atraktor. Artinya saat masa panen cumi-cumi tiap bulannya mampu mengumpulkan telur cumi sebanyak 5000 buah. “Lewat teknik ini tingkat keberhasilan-nya hingga panen mencapai 85%,” kata Baskoro. Artinya saat panen dari 5000 telur itu akan menghasilkan 4250 ekor cumi-cumi dengan berat sekitar 425 kg. Di tingkat petani harga cumi-cumi saat ini mencapai sekitar Rp 22 ribu per kilogramnya. Jadi dengan produksi sebanyak itu pembudidaya akan mendapatkan pendapatan Rp 9,3 juta.

Mengenai pakan, cumi-cumi tergolong mudah dalam pemberian pakan. Hewan ini tergolong hewan pemakan daging (karnivora) oleh sebab itu semua biota laut yang bisa masuk mulutnya akan dimakan. Seperti kerang, ikan dan hewan laut lainnya. Untuk pemeliharaan juga tidak terlalu sulit. Satu hal yang perlu diperhatikan adalah jangan sampai ada pakan yang tersisa di jaring apung. Ini akan mengundang hewan laut lainnya (ikan atau kepiting) untuk mengambil sisa pakan tersebut di dalam jaring. Jika ini terjadi ada kemungkinan jaring akan putus, akibatnya cumi-cumi bisa kabur ke laut bebas.

Satu lagi yang harus menjadi perhatian serius bagi pembudidaya cumi-cumi adalah soal pemilihan lokasi jaring apung, lokasinya harus jauh dari kegiatan industri dan keramaian. Sebab sedikit saja terjadi pencemaran di perairan tersebut maka sudah dapat dipastikan seluruh cumi-cumi peliharaannya akan mati sia-sia. Hal ini tentu saja akan sangat merugikan pembudidaya itu sendiri.

Sumber :
Malajah Demersal Agustus 2006
http://ikanmania.wordpress.com

BUDIDAYA DURIAN


REFERENSI :

1. SEJARAH SINGKAT

Durian merupakan tanaman buah berupa pohon. Sebutan durian diduga berasal dari istilah Melayu yaitu dari kata duri yang diberi akhiran -an sehingga menjadi durian. Kata ini terutama dipergunakan untuk menyebut buah yang kulitnya berduri tajam. Tanaman durian berasal dari hutan Malaysia, Sumatra, dan Kalimantan yang berupa tanaman liar. Penyebaran durian ke arah Barat adalah ke Thailand, Birma, India dan Pakistan. Buah durian sudah dikenal di Asia Tenggara sejak abad 7 M. Nama lain durian adalah duren (Jawa, Gayo), duriang (Manado), dulian (Toraja), rulen (Seram Timur).

2. JENIS TANAMAN

Tanaman durian termasuk famili Bombaceae sebangsa pohon kapuk-kapukan. Yang lazim disebut durian adalah tumbuhan dari marga (genus) Durio, Nesia, Lahia, Boschia dan Coelostegia. Ada puluhan durian yang diakui keunggulannya oleh Menteri Pertanian dan disebarluaskan kepada masyarakat untuk dikembangkan. Macam varietas durian tersebut adalah: durian sukun (Jawa Tengah), petruk (Jawa Tengah), sitokong (Betawi), simas (Bogor), sunan (Jepara), otong (Thailand), kani (Thailand), sidodol (Kalimantan Selatan), sijapang (Betawi) dan sihijau (Kalimantan Selatan).

3. MANFAAT TANAMAN

Manfaat durian selain sebagai makanan buah segar dan olahan lainnya, terdapat manfaat dari bagian lainnya, yaitu:

Tanamannya sebagai pencegah erosi di lahan-lahan yang miring.
Batangnya untuk bahan bangunan/perkakas rumah tangga. Kayu durian setaraf dengan kayu sengon sebab kayunya cenderung lurus.
Bijinya yang memiliki kandungan pati cukup tinggi, berpotensi sebagai alternatif pengganti makanan (dapat dibuat bubur yang dicampur daging buahnya).
Kulit dipakai sebagai bahan abu gosok yang bagus, dengan. cara dijemur sampai kering dan dibakar sampai hancur.

4. SENTRA PENANAMAN

Di Indonesia, tanaman durian terdapat di seluruh pelosok Jawa dan Sumatra. Sedangkan di Kalimantan dan Irian Jaya umumnya hanya terdapat di hutan, di sepanjang aliran sungai. Di dunia, tanaman durian tersebar ke seluruh Asia Tenggara, dari Sri Langka, India Selatan hingga New Guenea. Khusus di Asia Tenggara, durian diusahakan dalam bentuk perkebunan yang dipelihara intensif oleh negara Thailand.

Jumlah produksi durian di Filipina adalah 16.700 ton (2.030 ha), di Malaysia 262.000 ton (42.000 ha) dan di Thailand 444.500 ton (84.700 ha) pada tahun 1987-1988. Di Indonesia pada tahun yang sama menghasilkan 199.361 ton (41.284 ha) dan pada tahun 1990 menghasilkan 275.717 ton (45.372 ha).

5. SYARAT TUMBUH

5.1. Iklim

Curah hujan untuk tanaman durian maksimum 3000-3500 mm/tahun dan minimal 1500-3000 mm/tahun. Curah hujan merata sepanjang tahun, dengan kemarau 1-2 bulan sebelum berbunga lebih baik daripada hujan terus menerus.
Intensitas cahaya matahari yang dibutuhkan durian adalah 60-80%. Sewaktu masih kecil (baru ditanam di kebun), tanaman durian tidak tahan terik sinar matahari di musim kemarau, sehingga bibit harus dilindungi/dinaungi.
Tanaman durian cocok pada suhu rata-rata 20°C-30°C. Pada suhu 15°C durian dapat tumbuh tetapi pertumbuhan tidak optimal. Bila suhu mencapai 35°C daun akan terbakar.
5.2. Media Tanam

Tanaman durian menghendaki tanah yang subur (tanah yang kaya bahan organik). Partikel penyusunan tanah seimbang antara pasir liat dan debu sehingga mudah membentuk remah.
Tanah yang cocok untuk durian adalah jenis tanah grumosol dan ondosol. Tanah yang memiliki ciri-ciri warna hitam keabu-abuan kelam, struktur tanah lapisan atas bebutir-butir, sedangkan bagian bawah bergumpal, dan kemampuan mengikat air tinggi.
Derajat keasaman tanah yang dikehendaki tanaman durian adalah (pH) 5-7, dengan pH optimum 6-6,5.

Tanaman durian termasuk tanaman tahunan dengan perakaran dalam, maka membutuhkan kandungan air tanah dengan kedalam cukup, (50-150 cm) dan (150-200 cm). Jika kedalaman air tanah terlalu dangkal/ dalam, rasa buah tidak manis/tanaman akan kekeringan/akarnya busuk akibat selalu tergenang.

5.3. Ketinggian Tempat

Ketinggian tempat untuk bertanam durian tidak boleh lebih dari 800 m dpl. Tetapi ada juga tanaman durian yang cocok ditanam diberbagai ketinggian. Tanah yang berbukit/yang kemiringannya kurang dari 15 kurang praktis daripada lahan yang datar rata.

6. PEDOMAN BUDIDAYA

6.1. Pembibitan

1) Persyaratan Benih

Biji untuk bibit dipilih dari biji yang memenuhi persyaratan:

Asli dari induknya.
Segar dan sudah tua.
Tidak kisut.
Tidak terserang hama dan penyakit.
2) Penyiapan Benih dan Bibit

Pernanyakatan tanaman durian dapat dilakukan melalui cara generatif (dengan biji) atau vegetatif (okulasi, penyusuan atau cxangkokan).

a) Pengadaan benih dengan cara generatif

Memilih biji-biji yang tulen/murni dilakukan dengan mencuci biji-biji dahulu agar daging buah yang menempel terlepas. Biji yang dipilih dikeringkan pada tempat terbuka, tidak terkena sinar matahari langsung. Penyimpanan diusahakan agar tidak berkecambah/rusak dan merosot daya tumbuhnya. Proses pemasakan biji dilakukan dengan baik (dengan cara diistirahatkan beberapa saat), dalam kurun waktu 2-3 minggu sesudah diambil dari buahnya. Setelah itu biji ditanam.

b) Pengadaan bibit dengan cara okulasi

Persyaratan biji durian yang akan diokulasi berasal dari biji yang sehat dan tua, dari tanaman induk yang sehat dan subur, sistem perakaran bagus dan produktif. Biji yang ditumbuhkan, dipilih yang pertumbuhannya sempurna. Setelah umur 8-10 bulan, dapat diokulasi, dengan cara:

Kulit batang bawah disayat, tepat di atas matanya (…. 1 cm). Dipilih mata tunas yang berjarak 20 cm dari permukaan tanah.
Sayatan dibuat melintang, kulit dikupas ke bawah sepanjang 2-3 cm sehingga mirip lidah.

Kulit yang mirip lidah dipotong menjadi 2/3-nya.
Sisipan “mata” yang diambil dari pohon induk untuk batang atas (disayat dibentuk perisai) diantara kulit. Setelah selesai dilakukan okulasi, 2 minggu kemudian di periksa apakah perisai mata tunas berwarna hijau atau tidak. Bila berwarna hijau, berarti okulasi berhasil, jika coklat, berarti okulasi gagal.

c) Penyusuan

1. Model tusuk/susuk

Tanaman calon batang atas dibelah setengah bagian menuju kearah pucuk. Panjang belahan antara 1-1,5 cm diukur dari pucuk. Tanaman calon batang bawah sebaiknya memiliki diameter sama dengan batang atasnya. Tajuk calon batang bawah dipotong dan dibuang, kemudian disayat sampai runcing. Bagian yang runcing disisipkan kebelahan calon batang atas yang telah dipersiapkan. Supaya calon batang bawah tidak mudah lepas, sambungannya harus diikat kuat-kuat dengan tali rafia.
Selama masa penyusuan batang yang disatukan tidak boleh bergeser. Sehingga, tanaman batang bawah harus disangga atau diikat pada tanaman induk (batang tanaman yang besar) supaya tidak goyah setelah dilakukan penyambungan. Susuan tersebut harus disiram agar tetap hidup. Biasanya, setelah 3-6 bulan tanaman tersebut bisa dipisahkan dari tanaman induknya, tergantung dari usia batang tanaman yang disusukan. Tanaman muda yang kayunya belum keras sudah bisa dipisahkan setelah 3 bulan. Penyambungan model tusuk atau susuk ini dapat lebih berhasil kalau diterapkan pada batang tanaman yang masih muda atau belum berkayu keras.

2. Model sayatan

Pilih calon batang bawah (bibit) dan calon batang atas dari pohon induk yang sudah berbuah dan besarnya sama.
Kedua batang tersebut disayat sedikit sampai bagian kayunya. Sayatan pada kedua batang tersebut diupayakan agar bentuk dan besarnya sama.
Setelah kedua batang tersebut disayat, kemudian kedua batang itu ditempel tepat pada sayatannya dan diikat sehingga keduanya akan tumbuh bersama-sama.
Setelah 2-3 minggu, sambungan tadi dapat dilihat hasilnya kalau batang atas dan batang bawah ternyata bisa tumbuh bersama-sama berarti penyusuan tersebut berhasil.
Kalau sambungan berhasil, pucuk batang bawah dipotong/dibuang, pucuk batang atas dibiarkan tumbuh subur. Kalau pertumbuhan pucuk batang atas sudah sempurna, pangkal batang atas juga dipotong.
Maka akan terjadi bibit durian yang batang bawahnya adalah tanaman biji, sedangkan batang atas dari ranting/cabang pohon durian dewasa.

d) Cangkokan

Batang durian yang dicangkok harus dipilih dari cabang tanaman yang sehat, subur, cukup usia, pernah berbuah, memiliki susunan percabangan yang rimbun, besar cabang tidak lebih besar daripada ibu jari (diameter=2–2,5 cm), kulit masih hijau kecoklatan. Waktu mencangkok adalah awal musim hujan sehingga terhindar dari kekeringan, atau pada musim kering, tetapi harus disiram secara rutin (2 kali sehari), pagi dan sore hari. Adapun tata cara mencangkok adalah sebagai berikut:

Pilih cabang durian sebesar ibu jari dan yang warna kulitnya masih hijau kecoklatan.
Sayap kulit cabang tersebut mengelilingi cabang sehingga kulitnya terlepas.
Bersihkan lendir dengan cara dikerok kemudian biarkan kering angin sampai dua hari.
Bagian bekas sayatan dibungkus dengan media cangkok (tanah, serabut gambut, mos). Jika menggunakan tanah tambahkan pupuk kandang/kompos perbandingan 1:1. Media cangkok dibungkus dengan plastik/sabut kelapa/bahan lain, kedua ujungnya diikat agar media tidak jatuh.
Sekitar 2-5 bulan, akar cangkokan akan keluar menembus pembungkus cangkokan. Jika akar sudah cukup banyak, cangkokan bisa dipotong dan ditanam di keranjang persemaian berisi media tanah yang subur.

3) Teknik Penyemaian dan Pemeliharaan

Bibit durian sebaiknya tidak ditanam langsung di lapangan, tetapi disemaikan terlebih dahulu ditempat persemaian. Biji durian yang sudah dibersihkan dari daging buah dikering-anginkan sampai kering tidak ada air yang menempel. Biji dikecambahkan dahulu sebelum ditanam di persemaian atau langsung ditanam di polibag. Caranya biji dideder di plastik/anyaman bambu/kotak, dengan media tanah dan pasir perbandingan 1:1 yang diaduk merata. Ketebalan lapisan tanah sekitar 2 kali besar biji (6-8 cm), kemudian media tanam tadi disiram tetapi (tidak boleh terlalu basah), suhu media diupayakan cukup lembab (20°C-23°C). Biji ditanam dengan posisi miring tertelungkup (bagian calon akar tunggang menempel ke tanah), dan sebagian masih kelihatan di atas permukaan tanah (3/4 bagian masih harus kelihatan). Jarak antara biji satu dengan lainnya adalah 2 cm membujur dan 4-5 cm melintang. Setelah biji dibenamkan, kemudian disemprot dengan larutan fungisida, kemudian kotak sebelah atas ditutup plastik supaya kelembabannya stabil. Setelah 2-3 minggu biji akan mengeluarkan akar dengan tudung akar langsung masuk ke dalam media yang panjangnya ± 3-5 cm. Saat itu tutup plastik sudah bisa dibuka. Selanjutnya, biji-biji yang sudah besar siap dibesarkan di persemaian pembesar atau polibag.

4) Pemindahan Bibit

Bibit yang akan ditanam di lapangan sebaiknya sudah tumbuh setinggi 75-150 cm atau berumur 7 – 9 bulan setelah diokulasi, kondisinya sehat dan pertumbuhannya bagus. Hal ini tercermin dari pertumbuhan batang yang kokoh, perakarannya banyak dan kuat, juga adanya helaian daun dekat pucuk tanaman yang telah menebal dan warnanya hijau tua.

6.2. Pengolahan Media Tanam

1) Persiapan

Penanaman durian, perlu perencanaan yang cermat. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah pengukuran pH tanah, analisis tanah, penetapan waktu/jadwal tanam, pengairan, penetapan luas areal penanaman, pengaturan volume produksi.

2) Pembukaan Lahan

Pembersihan dan pengolahan lahan dilakukan beberapa minggu sebelum penanaman bibit berlangsung. Batu-batu besar, alang-alang, pokok-pokok batang pohon sisa penebangan disingkirkan. Perlu dibersihkan dari tanaman liar yang akan menganggu pertumbuhan.

3) Pembentukan Bedengan

Tanah untuk bedengan pembesaran harus dicangkul dulu sedalam 30 cm hingga menjadi gembur, kemudian dicampur dengan pasir dan kompos yang sudah jadi. Untuk ukuran bedengan lebar 1 m panjang 2 m, diberi 5 kg pasir dan 5 kg pupuk kompos. Setelah tanah, pasir dan kompos tercampur merata dan dibiarkan selama 1 minggu. Pada saat itu juga tanah disemprot Vapan/Basamid untuk mencegah serangan jamur/bakteri pembusuk jamur. Di sekeliling bedengan, perlu dibuatkan saluran untuk penampung air. Jika bedengan sudah siap, biji yang telah tumbuh akarnya tadi segera ditanam dengan jarak tanam 20 x 30 cm. Penanaman biji durian dilakukan dengan cara dibuatkan lubang tanam sebesar biji dan kedalamannya sesuai dengan panjang akar masing-masing. Setelah biji tertanam semua, bagian permukaan bedengan ditaburi pasir yang dicampur dengan tanah halus (hasil ayakan) setebal 5 cm.

4) Pengapuran

Keadaan tanah yang kurang subur, misalnya tanah podzolik (merah kuning) dan latosol (merah-coklat-kuning), yang cenderung memiliki pH 5 – 6 dan penyusunannya kurang seimbang antara kandungan pasir, liat dan debu, dapat diatasi dengan pengapuran. Sebaiknya dilakukan menjelang musim kemarau, dengan kapur pertanian yang memiliki kadar CaCO3 sampai 90%. Dua sampai 4 minggu sebelum pengapuran, sebaiknya tanah dipupuk dulu dan dilsiram 4-5 kali. Untuk mencegah kekurangan unsur Mg dalam tanah, sebaiknya dua minggu setelah pengapuran, segera ditambah dolomit.

6.3. Teknik Penanaman

1) Penentuan Pola Tanaman

Jarak tanam sangat tergantung pada jenis dan kesuburan tanah, kultivar durian, serta sistem budidaya yang diterapkan. Untuk kultivar durian berumur genjah, jarak tanam: 10 m x 10 m. Sedangkan kultivar durian berumur sedang dan dalam jarak tanam 12 m x 12 m. Intensifikasi kebun durian, terutama waktu bibit durian masih kecil (berumur kurang dari 6 tahun), dapat diupayakan dengan budidaya tumpangsari. Berbagai budidaya tumpangsari yang biasa dilakukan yakni dengan tanaman horti (lombok, tomat, terong dan tanaman pangan: padi gogo, kedelai, kacang tanah dan ubi jalar.

2) Pembuatan Lubang Tanam

Pengolahan tanah terutama dilakukan di lubang yang akan digunakan untuk menanam bibit durian. Lubang tanam dipersiapkan 1 m x 1 m x 1 m. Saat menggali lubang, tanah galian dibagi menjadi dua. Sebelah atas dikumpulkan di kiri lubang, tanah galian sebelah bawah dikumpulkan di kanan lubang. Lubang tanam dibiarkan kering terangin-angin selama ± 1 minggu, lalu lubang tanam ditutup kembali. Tanah galian bagian atas lebih dahulu dimasukkan setelah dicampur pupuk kompos 35 kg/lubang, diikuti oleh tanah bagian bawah yang telah dicampur 35 kg pupuk kandang dan 1 kg fospat.

Untuk menghindari gangguan rayap, semut dan hama lainnya dapat dicampurkan insektisida butiran seperti Furadan 3 G. Selanjutnya lubang tanam diisi penuh sampai tampak membukit setinggi 20-30 cm dari permukaan tanah. Tanah tidak perlu dipadatkan. Penutupan lubang sebaiknya dilakukan 7-15 hari sebelum penanaman bibit.

3) Cara Penanaman

Bibit yang akan ditanam di lapangan sebaiknya tumbuh 75-150 cm, kondisinya sehat, pertumbuhan bagus, yang tercermin dari batang yang kokoh dan perakaran yang banyak serta kuat.

Lubang tanam yang tertutup tanah digali kembali dengan ukuran yang lebih kecil, sebesar gumpalan tanah yang membungkus akar bibit durian. Setelah lubang tersedia, dilakukan penanaman dengan cara sebagai berikut :

Polybag/pembungkus bibit dilepas (sisinya digunting/diiris hati-hati)
Bibit dimasukkan ke dalam lubang tanam sampai batas leher
Lubang ditutup dengan tanah galian. Pada sisi tanaman diberi ajir agar pertumbuhan tanaman tegak ke atas sesuai arah ajir.
Pangkal bibit ditutup rumput/jerami kering sebagai mulsa, lalu disiram air.
Di atas bibit dapat dibangun naungan dari rumbia atau bahan lain. Naungan ini sebagai pelindung agar tanaman tidak layu atau kering tersengat sinar matahari secara langsung.
6.4. Pemeliharaan Tanaman

1) Penjarangan dan Penyulaman

Penjarangan buah bertujuan untuk mencegah kematian durian agar tidak menghabiskan energinya untuk proses pembuahan. Penjarangan berpengaruh terhadap kelangsungan hidup, rasa buah, ukuran buah dan frekuensi pembuahan setiap tahunnya.

Penjarangan dilakukan bersamaan dengan proses pengguguran bunga, begitu gugur bunga selesai, besoknya harus dilakukan penjarangan (tidak boleh ditunda-tunda).

Penjarangan dapat dilakukan dengan menyemprotkan hormon tertentu (Auxin A), pada saat bunga atau bakal buah baru berumur sebulan. Pada saat itu sebagian bunga sudah terbuka dan sudah dibuahi. Ketika hormon disemprotkan, bunga yang telah dibuahi akan tetap meneruskan pembuahannya sedangkan bunga yang belum sempat dibuahi akan mati dengan sendirinya. Jumlah buah durian yang dijarangkan ± 50-60% dari seluruh buah yang ada.

2) Penyiangan

Untuk menghindari persaingan antara tanaman dan rumput disekeliling selama pertumbuhan, perlu dilakukan penyiangan (…. diameter 1 m dari pohon durian).

3) Pemangkasan/Perempelan

a) Akar durian

Pemotongan akar akan menghambat pertumbuhan vegetatif tanaman sampai 40% selama ± 1 musim. Selama itu pula tanaman tidak dipangkas. Pemangkasan akar selain membuat tanaman menjadi cepat berbuah juga meningkatkan kualitas buah, menarik, buah lebih keras dan lebih tahan lama. Waktu pemotongan akar paling baik pada saat tanaman mulai berbunga, paling lambat 2 minggu setelah berbunga. Jika dilakukan melewati batas, hasil panen berkurang dan pertumbuhan terhambat. Cara pemotongan: kedua sisi barisan tanaman durian diiris sedalam 60-90 cm dan sejauh 1,5-2 meter dari pangkal batang.

b) Peremajaan

Tanaman yang sudah tua dan kurang produktif perlu diremajakan. Tanaman durian tidak harus dibongkar sampai ke akar-akarnya, tetapi cukup dilakukan pemangkasan. Luka pangkasan dibuat miring supaya air hujan tidak tertahan.Untuk mencegah terjadinya infeksi batang, bekas luka tersebut dapat diolesi meni atau ditempeli lilin parafin. Setelah 2-3 minggu dilakukan pemangkasan (di musim hujan) maka pada batang tersebut akan tumbuh tunas-tunas baru. Setelah tunas baru mencapai 2 bulan, tunas tersebut dapat diokulasi. Cara okulasi cabang sama dengan cara okulasi tanaman muda (bibit). Tinggi okulasi dari tanah ± 1 – 1,5 m atau 2 – 2,5 m tergantung pada pemotongan batang pokok. Pemotongan batang pokok tidak boleh terlalu dekat dengan tanah.

c) Pembentukan tanaman yang terlanjur tua

Dahan-dahan yang akan dibentuk tidak usah dililiti kawat, tetapi cukup dibanduli atau ditarik dan dipaksa ke bawah agar pertumbuhan tanaman tidak mengarah ke atas. Cabang yang akan dibentuk dibalut dengan kalep agar dahan tersebut tidak terluka. Balutan kalep tadi diberi tali, kemudian ditarik dan diikat dengan pasak. Dengan demikian, dahan yang tadinya tumbuh tegak ke atas akan tumbuh ke bawah mengarah horizontal.

4) Pemupukan

Sebelum melakukan pemupukan kita harus melihat keadaan tanah, kebutuhan tanaman akan pupuk dan unsur hara yang terkandung dalam tanah.

a) Cara memupuk

Pada tahap awal buatlah selokan melingkari tanaman. Garis tengah selokan disesuaikan dengan lebarnya tajuk pohon. Kedalaman selokan dibuat 20-30 cm. Tanah cangkulan disisihkan di pinggirnya. Sesudah pupuk disebarkan secara merata ke dalam selokan, tanah tadi dikembalikan untuk menutup selokan. Setelah itu tanah diratakan kembali, bila tanah dalam keadaan kering segera lakukan penyiraman.

b) Jenis dan dosis pemupukan

Jenis pupuk yang digunakan untuk memupuk durian adalah pupuk kandang, kompos, pupuk hijau serta pupuk buatan. Pemupukan yang tepat dapat membuat tanaman tumbuh subur. Setelah tiga bulan ditanam, durian membutuhkan pemupukan susulan NPK (15:15:15) 200 gr perpohon. Selanjutnya, pemupukan susulan dengan NPK itu dilakukan rutin setiap empat bulan sekali sampai tanaman berumur tiga tahun. Setahun sekali tanaman dipupuk dengan pupuk organik kompos/pupuk kandang 60-100 kg per pohon pada musim kemarau. Pemupukan dilakukan dengan cara. menggali lubang mengelilingi batang bawah di bawah mahkota tajuk paling luar dari tanaman. Tanaman durian yang telah berumur =3 tahun biasanya mulai membentuk batang dan tajuk. Setelah itu, setiap tahun durian membutuhkan tambahan 20–25% pupuk NPK dari dosis sebelumnya. Apabila pada tahun ke-3, durian diberi pupuk 500 gram NPK per pohon maka pada tahun ke-4 dosisnya menjadi 600-625 gram NPK per pohon. Kebutuhan pupuk kandang juga meningkat, berkisar antara 120-200 kg/pohon menjelang berbunga durian membutuhkan NPK 10:30:10. Pupuk ini ditebarkan pada saat tanaman selesai membentuk tunas baru (menjelang tanaman akan berbunga).

5) Pengairan dan Penyiraman

Durian membutuhkan banyak air pada pertumbuhannya, tapi tanah tidak boleh tergenang terlalu lama atau sampai terlalu basah. Bibit durian yang baru ditanam membutuhkan penyiraman satu kali sehari, terutama kalau bibit ditanam pada musim kemarau. Setelah tanaman berumur satu bulan, air tanaman dapat dikurangi sekitar tiga kali seminggu. Durian yang dikebunkan dengan skala luas mutlak membutuhkan tersedianya sumber air yang cukup. Dalam pengairan perlu dibuatkan saluran air drainase untuk menghindari air menggenangi bedengan tanaman.

6) Waktu Penyemprotan Pestisida

Untuk mendapatkan pertumbuhan bibit tanaman yang baik, setiap 2 minggu sekali bibit disemprot zat pengatur tumbuh Atonik dengan dosis 1 cc/liter air dan ditambah dengan Metalik dengan dosis 0,5 cc/liter air. Hal ini dilakukan untuk merangsang pertumbuhan tanaman agar lebih sempurna. Jenis insektisida yang digunakan adalah Basudin yang disemprot sesuai aturan yang ditetapkan dan berguna untuk pencegahan serangga. Untuk cendawan cukup melaburi batang dengan fungisida (contohnya Dithane atau Antracol) agar sehat. Lebih baik bila pada saat melakukan penanaman, batang durian dilaburi oleh fungisida tersebut.

7) Pemeliharan Lain

Pemberian zat pengatur tumbuh (ZPT) berfungsi mempengaruhi jaringan-jaringan pada berbagai organ tanaman. Zat ini sama sekali tidak memberikan unsur tambahan hara pada tanaman. ZPT dapat membuat tanaman menjadi lemah sehingga penggunannya harus disesuaikan dengan petunjuk pemakaian yang tertera pada label yang ada dalam kemasan, sebab pemakaian ZPT ini hanya dicampurkan saja.

7. HAMA DAN PENYAKIT

7.1. Hama

Penggerek buah (Jawa : Gala-gala)
Ciri: telur diletakkan pada kulit buah dan dilindungi oleh jaring-jaring mirip rumah laba-laba. Larva yang telah menetas dari telur langsung menggerek dan melubangi dinding-dinding buah hingga masuk ke dalam. Larva tersebut tinggal di dalam buah sampai menjadi dewasa. Buah yang diserang kadang-kadang jatuh sebelum tua.
Penyebaran: serangga penggerek buah menyebar dengan cara terbang dari pohon durian yang satu ke pohon lainnya. Serangga penggerek buah ini bertelur pada buah durian yang dihinggapinya. Kegiatan bertelur ini dilakukan secara periodik setiap menjelang musim kemarau.
Pengendalian: dilakukan dengan insektisida, seperti Basudin, Sumithion 50 AC, Thiodan 35 EC, dengan dosis 2-3 cc/liter air.
Lebah mini
Ciri: hama ini berukuran kecil, tubuhnya berwarna coklat kehitaman dan sayapnya bergaris putih lebar. Setelah lebah menjadi merah violet, ukuran panjangnya menjadi 3,5 cm. Pada fase ulat (larva), hama ini menyerang daun-daun durian muda. Selama hama tersebut mengalami masa istirahat (bentuk kepompong), mereka akan menempel erat pada kulit buah. Setelah menjadi lebah serangga ini mencari makan dengan cara menggerek ranting-ranting muda dan memakan daun-daun muda.
Pengendalian: menggunakan parvasida, seperti Hostathion 40 EC (Triazofos 420 gram/liter), dan insektisida, seperti Supracide 40 EC dosis 420 gram/liter dan Temik 106 (Aldikarl 10%).

Ulat penggerek bunga (Prays citry)
Ulat ini menyerang tanaman yang baru berbunga, terutama bagian kuncup bunga dan calon buah.
Ciri: ulat ini warna tubuhnya hijau dan kepalanya merah coklat, setelah menjadi kupu-kupu berwarna merah sawo agak kecoklatan, abu-abu dan bertubuh langsing.
Gejala: kuncup bunga yang terserang akan rusak dan putiknya banyak yang berguguran. Demikian pula, benang sari dan tajuk bunganya pun rusak semua, sedangkan kuncup dan putik patah karena luka digerek ulat. Penularan ke tanaman lain dilakukan oleh kupu-kupu dari hama tersebut.
Pengendalian: dengan menyemprotkan obat-obatan seperti Supracide 40 EC, nuvacrom SWC, Perfekthion 400 EC (Eimetoat 400 gram/liter).

Kutu loncat durian
Ciri: serangga berwarna kecoklatan dan tubuhnya diselimuti benang-benang lilin putih hasil sekresi tubuhnya; bentuk tubuh, sayap dan tungkainya mirip dengan kutu loncat yang menyerang tanaman lamtoro.
Gejala: kutu loncat bergerombol menyerang pucuk daun yang masih muda dengan cara menghisap cairan pada tulang-tulang daun sehingga daun-daun akan kerdil dan pertumbuhannya terhambat; setelah menghisap cairan, kutu ini mengeluarkan cairan getah bening yang pekat rasanya manis dan merata ke seluruh permukaan daun sehingga mengundang semut-semut bergerombol.
Pengendalian: daun dan ranting-ranting yang terserang dipangkas untuk dimusnahkan. Pengendalian secara kimia dapat dilakukan dengan menyemprotkan insektisida Supracide 40 EC dosis 100-150 gram/5 liter air.

7.2. Penyakit

Phytopthora parasitica dan Pythium complectens
Penyebab: Pythium complectens, yang menyerang bagian tanaman seperti daun, akar dan percabangan.
Penularan dan penyebab: penyakit ini menular dengan ke pohon lain yang berdekatan. Penularan terjadi bila ada akar yang terluka. Penularan terjadi bersama-sama dengan larutnya tanah atau bahan organik yang terangkut air.
Gejala: daun durian yang terserang menguning dan gugur mulai dari daun yang tua, cabang pohon kelihatan sakit dan ujung-ujungnya mati, diikuti dengan berkembangnya tunas-tunas dari cabang di bawahnya. Kulit di atas permukaan tanah menjadi coklat dan membusuk. Pembusukan pada akar hanya terbatas pada akar-akar sebelah bawah, tetapi dapat meluas dari ujung akar lateral sampai ke akar tunggang. Jika dilihat dari luar akar yang sakit tampak normal, tetapi jaringan kulitnya menjadi colat tua dan jaringan pembuluh menjadi merah jambu.
Pengendalian:
upayakan drainase yang baik agar tanah tidak terlalu basah dan air tidak mengalir ke permukaan tanah pada waktu hujan;
pohon yang sakit dibongkar sampai ke akarnya dan dibakar;
pilih bibit durian kerikil untuk batang bawah karena jenis ini lebioh tahan terhadap serangan jamur sehingga dapat terhindar dari serangan penyakit busuk.

Kanker bercak
Penyebab: Pythium palvimora, terutama menyerang bagian kulit batang dan kayu. Penyebaran oleh spora sembara bersamaan dengan butir-butir tanah atau bahan organik yang tersangkut air. Penyebaran penyakit ini dipacu oleh curah hujan yang tinggi dalam cuaca kering. Jamur dapat tumbuh dengan baik pada suhu antara 12-35°C.
Gejala: kulit batang durian yang terserang mengeluarkan blendok (gum) yang gelap; jaringan kulit berubah menjadi merah kelam, coklat tua atau hitam; bagian yang sakit dapat meluas ke dalam sampai ke kayu; daun-daun rontok dan ranting-ranting muda dari ujung mulai mati.

Pengendalian: (1) perbaikan drainase agar air hujan tidak mengalir dipermukaan tanah dan untuk batang yang sakit; (5) dilakukan dengan cara memotong kulit yang sakit sampai ke kayunya yang sehat dan potongan tanaman yang sakit harus dibakar, sedangkan bagian yang terluka diolesi fungisida, misalnya difolatan 4 F 3%.

Jamur upas
Gejala: pada cabang-cabang dan kulit kayu terdapat benang-benang jamur mengkilat seperti sarang laba-laba pada cabang-cabang. Jamur berkembang menjadi kerak berwarna merah jambu dan masuk ke dalam kulit dan kayu sehingga menyebabkan matinya cabang.
Pengendalian:
serangan jamur yang masih pada tingkat sarang laba-laba dapat dikendalikan dengan cara melumasi cabang yang terserang degan fungisida, misalnya calizin RM;
jika jamur sudah membentuk kerak merah jambu, sebaiknya dilakukan pemotongan cabang kira-kira lebih 30 cm ke bawah bagian yang berjamur;
dengan menyemprotkan Antrocol 70 WP (propineb 70,5%), dosis 100-200 gram/liter air atau 1-1,5 kg/ha aplikasi.
8. PANEN

8.1. Ciri dan Umur Panen

Pada umur sekitar 8 tahun, tanaman durian sudah mulai berbunga. Musim berbunga jatuh pada waktu kemarau, yakni bulan Juni-September sehingga bulan Oktober-Februari buah sudah dewasa dan siap dipetik. Panen durian diusahakan sebelum musim hujan tiba karena air hujan dapat merusak kualitas buah. Warna durian yang hampir masak agak berbeda-beda tergantung pada kultivarnya. Buah yang sudah masak umumnya ditandai dengan bau harum yang menyengat. Pada durian yang sudah masak bila diketuk duri atau buahnya akan terdengar dentang udara antara isi dan kulitnya.

8.2. Cara Panen

Buah durian yang sudah matang akan jatuh sendiri. Untuk menjaga agar buah tidak langsung jatuh, kira-kira sebulan sebelum matang buah dapat diikat dengan tali plastik. Tujuan pengikatan tersebut agar tangkai buah yang terlepas dari batang atau ranting pohon tetap menggantung pada tali sehingga buah durian tersebut dapat diambil dalam keadaan utuh. Buah durian dari pohon rendah dapat dipetik dengan menggunakan pisau tajam. Tangkai buah dipotong mulai dari bagian paling atas, ± 1,5 cm dari dahan. Pemotongan sebaiknya dilakukan dengan hati-hati karena di tempat ini terdapat bahan tunas yang akan berbunga pada musim berikutnya. Buah durian yang terletak pada bagian pohon yang tinggi sebaiknya dipetik dengan menggunakan alat bantu yang sesuai agar tidak jatuh ke tanah. Durian yang jatuh ke tanah biasanya retak, daging buahnya menjadi asam/pahit karena terjadi fermentasi pembentukan alkohol dan asam.

8.3. Prakiraan Produksi

Jumlah durian yang dapat dipanen dalam satu pohon adalah 60-70 butir perpohon pertahun dengan bobot rata-rata 2,7 kg. Apabila diinginkan jumlah buah yang lebih banyak lagi maka bobot buah akan turun.

9. PASCAPANEN

9.1. Pengumpulan

Di tempat pengumpulan setiap tangkai durian diberi label khusus atau dicat dengan warna tertentu untuk menunjukkan kebun asal durian. Bila kualitasnya kurang baik dapat diperbaiki pada tahun berikutnya.

9.2. Penyortiran dan Penggolongan

Hasil panen dikumpulkan, diseleksi dan dipilah-pilah berdasarkan ukuran. Seleksi perlu dilakukan agar tidak ada buah cacat yang ikut terkirim, terutama bila buah ini akan dijual atau diekspor.

9.3. Penyimpanan

Durian yang sudah terpilih dicuci dan disemprot dengan air agar kotoran yang menempel pada kulitnya menjadi bersih. Selanjutnya buah dicelupkan ke dalam air yang telah diberi fungisida Aliette 800 WP yang berbahan aktif Aluminium tris (Oethy/phosphonate) 22 cc/liter. Tujuan pencelupan ini adalah untuk menghindari serangan busuk buah yang disebabkan oleh jamur Phytophtora sp selama pemeraman dan transportasi. Lalu buah dikeringanginkan. Durian beserta petinya dimasukkan ke dalam gudang yang cukup mendatangkan penerangan.

9.4. Pengemasan dan Pengangkutan

Buah durian yang akan diekspor diberi perlakuan: setelah buah kering, buah dibungkus kantong plastik dan diikat dengan tali rafia Setiap kantung plastik berisi satu butir buah durian. Buah yang sudah dibungkus kantung plastik dibungkus lagi dengan kantung kertas semen. Setelah itu, dimasukkan ke dalam kotak karton setebal 3 mm. Setiap ungkus berisi 5-6 butir durian sehingga setiap kotak karton berisi 10-15 kg durian. Kotak ini dilekat dengan lakban (perekat plastik) tebal yang tidak mudah robek jika terkena gesekan. Teknologi pengemasan ini memperhatikan adanya lubang udara agar ada sirkulasi udara, tetapi juga ada lapisan plastik luar untuk menahan keluarnya bau, sehingga tidak ada kontak antar udara di dalam kotak pengepakan dengan udara luar maka jika di dalam ada durian yang matang baunya tidak tercium menyengat sampai keluar.

9.5. Penanganan Lain

Bila ingin menghasilkan durian beku untuk dipasarkan ke tempat yang jauh, maka dapat dilakukan cara pengepakan fakum udara, cara ini banyak dipakai oleh petani Thailand. Setelah dikupas kulitnya, durian dimasukkan ke dalam alat fakum udara selama 35-40 menit dengan suhu 40°C di bawah nol. Setelah itu, buah durian dimasukkan ke dalam plastik berukuran 300 gram dan diletakkan dalam kamar pendingin dengan suhu 18°C di bawah nol.

10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN

10.1. Analisis Usaha Budidaya

Perkiraan analisis usaha tani tanaman durian seluas 1 ha pada tahun 1998.

1) Biaya produksi

Tanah 1 ha @ m 2 x Rp. 15.000,- Rp. 15.000.000,-
Bibit :150 pohon @ Rp. 50.000,- Rp. 7.500.000,-
Pupuk
Pupuk kandang: 9500 kg @ Rp. 60,- Rp. 570.000,-
UREA: 1400 kg @ Rp. 1.600,- Rp. 2.240.000,-
TSP: 1400 kg @ Rp. 1.500,- Rp. 2.100.000,-
KCl: 1400 kg @ Rp. 1.600,- Rp. 2.240.000,-
NPK: 1400 kg @ Rp. 2.800,- Rp. 3.920.000,-
Hormon/mineral: 70 liter @ Rp. 3.500,- Rp. 245.000,-
Obat dan pestisida
Insektisida: 150 liter @ Rp. 5.000,- Rp. 750.000,-
Fungisida: 150 liter @ Rp. 5.000,- Rp. 750.000,-
Alat dan bangunan
Bangunan dan sumur Rp. 2.500.000,-
Alat semprot: 2 unit @ Rp. 75.000,- Rp. 150.000,-
Cangkul: 2 buah @ Rp. 5.000,- Rp. 10.000,-
Sabit: 2 buah @ Rp. 3.500,- Rp. 7.000,-
Garpu: 2 buah @ Rp. 3.000,- Rp. 6.000,-
Golok: 2 buah @ Rp. 7.500,- Rp. 15.000,-
Gunting pangkas: 3 buah @ Rp. 5.000,- Rp. 15.000,-
Gergaji pangkas: 2 buah @ Rp. 6.000,- Rp. 12.000,-
Ember: 5 buah @ Rp. 3.000,- Rp. 15.000,-
Tenaga kerja tetap
Upah 5 bok 12 x 2 orang x Rp. 30.000,- Rp. 3.600.000,-
Pakaian 5 x Rp. 45.000,- Rp. 225.000,-
THR 5 x Rp. 25.000,- Rp. 125.000,-
Tenaga kerja lepas
Membuat lubang tanam 15 OH @ Rp. 3.000,- Rp. 45.000,-
Memupuk dan menanam 25 OH @ Rp. 3.000,- Rp. 75.000,-
Jumlah biaya produksi Rp. 42.115.000,-

2) Pendapatan

Tahun ke-5 produk ke 1 = 25/100 x 150 x 30 x Rp. 30.000= Rp. 33.750.000,-= Rp. 33.750.000 – Rp. 42.115.000 – Rp. 8.365.000,-
Tahun ke-6 produk ke 2 =25/100 x 150 x 60 x Rp. 30.000= Rp. 67.500.000,-= Rp. 67.500.000 – (Rp.8.365.000 + Rp. 16.765.000) – Rp. 42.370.000
Pada tahun ke-7 keuntungan sudah dapat menutupi investasi yang dikeluarkan
3) Investasi rata-rata/pohon: Rp. 175.096,66

10.2. Gambaran Peluang Agribisnis

Peluang bisnis durian sangat bagus. Untuk pasar luar negeri pada tahun 1983-1987 dikirim ke negara Taiwan, Singapura, Malaysia dan Hongkong. Dan pada tahun 1989 permintaan meningkat ke negara Prancis, Belanda, Brunei, australia, Saudi Arabia dan Jepang. Bahkan pada tahun 1999 di Jepang harga durian dapat mencapai 10.000 yen (Rp 700.000,-). Peluang pasar di Indonesia juga sangat bagus, harga durian berkualitas dapat mencapai Rp 30.000,-/kg. Sedangkan untuk buah durian dipasaran dan kualitasnya biasa-bisa saja mencapai Rp. 15.000,-/buah. Selama ini perdagangan durian lebih dikuasai oleh negara Thailand, hal ini disebabkan oleh mutu buah yang bagus. Padahal Indonesia dapat melakukan hal yang sama apabila mutu ditingkatkan. Bahkan Indonesia memiliki varietas yang beragam dan berbuah sepanjang tahun. Dengan penanganan yang profesional dan dibantu oleh kemudahan-kemudahan dari pemerintah durian Indonesia mampu menguasai pasar dunia.

11. STANDAR PRODUKSI

11.1. Ruang Lingkup

Standar produksi ini meliputi: klasifikasi dan syarat mutu, cara pengambilan contoh, cara uji, pengemasan dan syarat penandaan.

11.2. Diskripsi

Standar mutu buah durian di Indonesia tercantum dalam Standar Nasional Indonesia SNI 01-4482-1998.

11.3. Klasifikasi dan Standar Mutu

Buah durian diklasifikasikan dalam 3 jenis mutu, yaitu Mutu I, Mutu II dan Mutu III.

Kerusakan: mutu I=tidak ada (bebas penyakit dan serangga); mutu II=tidak ada (bebas penyakit dan serangga); mutu III=tidak ada (bebas penyakit dan serangga).
Cacat: mutu I=tidak ada; mutu II=ada; mutu III=ada.
Rasa dan aroma: mutu I=baik sesuai kultivar; mutu II=baik sesuai kultivar; mutu III=baik sesuai kultivar.
Kekerasan daging: mutu I=keras/sedang; mutu II=keras/sedang; mutu III=keras/sedang.
Kesegaran buah: mutu I=segar; mutu II=segar; mutu III=segar.
Warna daging buah: mutu I=sesuai kultivar/kuning; mutu II=sesuai kultivar/kuning; mutu III=sesuai kultivar/kuning.
Kesegaman Kultivar: mutu I=seragam; mutu II=seragam; mutu III=seragam.
Perbandingan berat dengan biji: mutu I >2; mutu II >1; mutu III=boleh < 1.
Pengujian buah durian dilakukan berdasarkan pengamatan dari bentuk fisik dan visualisasi dari standar mutu yang ada.

11.4. Pengambilan Contoh

Satu partai/lot buah durian segar yang terdiri maksimum 1.000 kemasan atau 1000 buah, contoh diambil secara acak dari jumlah kemasan atau jumlah buah dengan ketentuan sebagai berikut:

Jumlah buah/jumlah kemasan dalam partai/lot: 1–5, pengambilan contoh semua.
Jumlah buah/jumlah kemasan dalam partai/lot: 6–100, pengambilan contoh minimum 5.
Jumlah buah/jumlah kemasan dalam partai/lot: 101–300, pengambilan contoh minimum 7.
Jumlah buah/jumlah kemasan dalam partai/lot: 301–500, pengambilan contoh minimum 9.
Jumlah buah/jumlah kemasan dalam partai/lot: 501-1001, pengambilan contoh minimum 10.
Dari setiap kemasan yang dipilih secara acak diambil sekurang-kurangnya tiga buah kemudian dicampur. Untuk kemasan dengan isi kurang dari tiga buah diambil satu buah.

Petugas pengambil contoh harus memenuhi syarat, yaitu orang yang telah dilatih terlebih dahulu dan diberi wewenang untuk melakukan hal tersebut.

11.5. Pengemasan

Buah durian seyogyanya dikemas sesuai dengan pasar yang dituju. Untuk Pasar Eropa, Ameriak dan Kanada, disukai buah durian yang beratnya 2,5-3,5 kg/buah dan dikemas dengan kotak karton berkapasitas 10-12 kg. Untuk pasaran Hongkong dipilih buah durian yang beratnya 2-4 kg/buah dan dikemas dalam keranjang bambu berkapasitas 35-50 kg. Sedangkan untuk Malaysia dan Singapura atau pasar lokal dikehendaki buah durian dengan berat 2,0-5,0 kg/buah yang dikemas dalam keranjang bambu atau peti kayu, atau tanpa kemasan langsung ditumpuk ai atas bak truk. Label atau gantungan yang menyertai setiap kemasan harus mudah dilihat dan berisi informasi :

Dihasilkan di Indonesia.
Nama perusahaan/eksportir.
Nama kultivar durian.
Kelas mutu.
Jumlah buah dalam kemasan.
Berat kotor.
Berat bersih.
Identitas pembeli di tempat tujuan.
Tanggal panen.
Tanggal buah itu enak dimakan.
Tanggal buah itu tidak enak lagi dimakan.
Petunjuk cara penanganan (suhu, kelembaban) yang dianjurkan.

12. DAFTAR PUSTAKA

AAK. Bertanam Pohon Buah-buahan II. Kanisius : Yogyakarta, 1997.
AAK. Budi daya Durian. Kanisius : Yogyakarta, 1997.
Rambe, Sri Suryani Maphilindowati. “ Pasca Panen Buah Durian “. Trubus, 1988
Redaksi Trubus. Berkebun Durian Ala Petani Thailand. Jakarta : Penebar Swadaya, 1998.
Mengebunkan Durian Unggul. Jakarta : Penebar Swadaya, 1997

Sumber :
Sistim Informasi Manajemen Pembangunan di Perdesaan, BAPPENAS [iptek.net.id]