Selasa, 22 Desember 2015

BUDIDAYA BEKICOT DAN SIPUT


PELUANG USAHA :

Budidaya Bekicot sebagai alternatif baru peluang Usaha disektor pertanian yang sangat mudah ditemukan bahan bakunya di Indonesia. Hewan yang satu ini berasal dari Afrika Timur dan tersebar keseluruh dunia dalam waktu relatif singkat. Bekicot yang ternakkan pada umumnya jenis Achatina fulica yang banyak disenangi orang, karena bekicot jenis ini banyak mengandung daging dan sebagai bahan pengganti Helix yang sangat dibutuhkan sebagai bahan baku Escargot. Disamping Bekicot juga kerap kali dimanfaatkan sebagai obat alternatif yang dipakai dalam pengobatan tradisional untuk mengobati berbagai macam penyakit dengan peng-ekstrakan pada daging dan lendirnya. Untuk lebih jelasnya mari kita simak paparan berikut ini yang penulis review dari sumber yang jelas di rumah tani multiply.com dan peluang usaha.wordpress.com

Mencermati cerita asal muasal bekicot (Achanita spp.), hewan yang satu ini berasal dari Afrika Timur, tersebar keseluruh dunia dalam waktu relatif singkat, karena berkembang biak dengan cepat. Bekicot tersebar ke arah Timur sampai di kepulauan Mauritius, India, Malaysia, akhirnya ke Indonesia. Bekicot sejak tahun 1933 telah ada disekitar Jakarta, sumber lain menyatakan bahwa bekicot jenis Achatina fulica masuk ke Indonesia pada tahun 1942 (masa pendudukan Jepang).

Sentra peternakan bekicot banyak ditemukan di masyarakat pedesaan Jawa Timur, Bogor (Jawa Barat), Sumatera Utara dan Bali. Bekicot diternakkan umumnya jenis Achatina fulica yang banyak disenangi orang, karena bekicot jenis ini banyak mengandung daging. Di Eropa, bekicot jenis ini digunakan sebagai bahan baku makanan yang disebut Escargot. Escargot semula berbahan baku Helix pomatia. Karena Helix pomatia lama kelamaan sulit diperoleh maka bekicot jenis Achatina fulica menggantikannya sebagai bahan baku Escargot.

Selain pakan ternak bekicot merupakan sumber protein hewani yang bermutu tinggi karena mengandung asam-asam amino esensial yang lengkap. Disamping itu ada masyarakat yang menggemari makanan dari bahan baku bekicot, seperti sate bekicot, keripik bekicot, baso bekicot.

Bekicot juga kerap dipakai dalam pengobatan tradisional, karena ekstrak daging bekicot dan lendirnya sangat bermanfaat untuk mengobati berbagai macam penyakit seperti radang selaput mata, sakit gigi, gatal-gatal, jantung dan lain-lain. Sedangkan kulit bekicot sangat mujarab untuk penyakit tumor. Sejenis obat yang dikenal berasal dari kulit bekicot, dinamakan Maulie, dapat menyembuhkan berbagai penyakit seperti kekejangan, jantung suka berdebar, tidak bisa tidur/insomania, dan leher membengkak.

Daging bekicot merupakan komoditi ekspor yang menjanjikan, karena harganya yang cukup mahal dipasaran internasional. Kini juga telah banyak berdiri perusahaan-perusahaan pengelola daging bekicot, yang dapat memperlancar pemasaran pasaran sebagai komoditi ekspor.

Jika tertarik berbudidayaya bekicot, salah satu yang perlu diperhatikan adalah masalah lokasi. Lokasi perlu dipilih yang dekat dengan jalan, agar mudah penanganannya, baik saat pembuatan kandang, saat pengontrolan maupun penanganannya pascapanen, artinya pada saat membawa hasil panen tersebut tidak kesulitan dalam transportasi. Lokasi yang sesuai untuk budidaya bekicot adalah lokasi yang basah serta lembab dan terlindung dari cahaya matahari secara langsung. Selain itu juga tanah yang disukai adalah tanah yang banyak mengandung kapur sebagai zat untuk pembentukan cangkang.

Lahan yang diperlukan tidaklah terlalu luas namun persyaratan mengenai kelembaban dan keteduhan perkandangan perlu diperhatikan, karena untuk berkembang biak secara baik bekicot senang dengan keadaan yang lembab dan teduh. Kandang didirikan di tanah kering, teduh, lembab dengan suhu udara berkisar 25-30 derajat C. Cara pemeliharaan bekicot tidak terlalu sulit. Bisa dilakukan secara terpisah, artinya bekicot yang kecil dipelihara terpisah dari yang besar.

Bisa juga dilakukan secara campuran, yaitu bekicot kecil dan besar dipelihara dalam satu kandang tanpa melihat umur/besarnya. Bila dilakukan secara terpisah risikonya harus dibuat beberapa kandang. Fungsi kandang itu antara lain untuk penetasan, pembesaran dan sebagai kandang induk.

Namun tidak semua jenis bekicot cocok dibudidayakan. Dua jenis bekicot yang biasa diternakkan, yaitu spesies Achatina fulica dan Achatina variegata. Ciri bekicot jenis Achanita fulica biasanya warna garis-garis pada tempurung/cangkangnya tidak begitu mencolok. Sedangkan jenis Achatina variegata warna garis-garis pada cangkangnya tebal dan berbuku-buku.

Jika bibit unggul belum tersedia maka sebagai langkah pertama dapat digunakan bibit lokal dengan jalan mengumpulkan bekicot yang banyak terdapat di kebun pisang, kelapa, serta semak belukar. Bekicot yang baik dijadikan bibit adalah yang tidak rusak/cacat yang sementara waktu dan yang besar dengan berat lebih kurang 75-100 gram/ekor.
Bekicot biasanya kawin pada usia enam sampai tujuh bulan ditempat pemeliharaan yang cukup memenuhi syarat. Pada masa kawin bekicot betina mulai menyingkir ke tempat yang lebih aman. Bekicot bertelur di sembarang tempat. Jumlah telurnya setiap penetasan biasanya lebih dari lima puluh butir (50-100). Jumlah produksi telur tergantung masa subur bekicot itu sendiri. Besar telur bekicot tidak lebih dari 2 mm.

Keberhasilan budidaya bekicot tergantung pada cara perawatan dan pemeliharaan teknis selama diternakkan. Beberapa perawatan teknis dalam budidaya bekicot diantaranya meliputi penjagaan kelembaban lingkungan, mempertahankan kondisi lingkungan (yang lembab), pemberian pakan yang bermutu secara teratur, menjaga areal agar tidak dimasuki hewan lain, serta menjaga agar bekicot tidak ekluar dari areal pemeliharaan.

BEKICOT SEBAGAI MENU SAJIAN MEWAH DI PARIS

Kala mengikuti konferensi di Paris sehubungan dengan pekerjaan saya saat ini ada sesuatu yang menggelikan sekaligus membanggakan. Saat itu Jumat sore, dan panitia mengumumkan bahwa hari Sabtu adalah hari bebas dan program akan dimulai lagi hari Minggu. Untuk mengisi hari bebas ini panitia mengumumkan sekaligus menyarankan semua peserta (dari segala penjuru dunia itu) untuk mencoba menu khas Paris yang bernama Escargot. Menu khas yang mewah dan karenanya mahal itu bahan dasarnya adalah bekicot.Teman-teman dari Afrika bergidik mendengar menu makanan dari bekicot itu. Mereka jijik membayangkan binatang melata yang berlendir itu masuk ke mulut mereka. Dalam hati saya tertawa, kayak mereka makan apa di negerinya sono di Afrika sampai makan bekicot saja jijik seperti itu he..he….Wong paling yang dimakan tidak lebih baik dari yang saya makan di negeri tercinta Indonesia. Saya katakan bahwa bekicot yang dijual di Paris ini diimpor dari negeri saya Indonesia, khususnya dari kampung halaman saya, Kediri di Jawa Timur.

Benar, Sobat pembaca. Bekicot itu berasal dari kampung saya Kediri. Karena sejak saya kecil sudah ada orang-orang yang membuka peternakan bekicot di Kediri. Saat masih SMP, saya termasuk yang tergiur untuk beternak bekicot juga. Karena itulah saya bersemangat membuat kandang bekicot yang hanya terbuat dari tumpukan batu bata diisi dengan daun-daun pepaya dan bekicot yang selanjutnya akan beranak-pinak di situ. Sayang usaha saya gagal saat itu, karena saya lupa membuatkan atap untuk melindungi kandang bekicot dari genangan air hujan. Akibatnya banyak telur bekicot yang membusuk, termasuk dengan induknya juga. Beberapa teman masih bersemangat beternak bekicot karena ada pengepulnya yang siap membeli panen bekicot untuk kemudian dijual ke pabrik pengolahan bekicot yang cukup besar di Kediri untuk kemudian diekspor ke Perancis. Itulah awalnya kenapa saya yakin bahwa bekicot yang dimakan oleh Monsieur dan Madamme di Paris itu adalah bekicot dari kampung saya he..he…

Jauh sebelum ada peternakan dan pengolahan bekicot, bagi kami orang-orang Kediri bekicot adalah menu alternatif lauk pauk kami selama musim hujan. Masih ingat dalam memori saya saat itu, setiap habis sekolah saya dan teman-teman akan berburu bekicot di kebun-kebun yang bertebaran di kampung saya, apalagi di kebun pisang.

Setelah terkumpul banyak, saya menyerahkannya kepada Ibunda. Lalu biasanya Bunda yang akan mencungkil daging bekicot tersebut dari cangkangnya untuk kemudian dicuci. Setelah itu Bunda akan mencari gamping (kapur cair) untuk dipakai merebus daging bekicot untuk menghilangkan racun dan lendirnya. Setelah dirasa cukup matang, terserah Bunda akan memasaknya seperti apa. Kadang digoreng kering, kadang dimasak sebagai sate bekicot. Istilah orang Kediri adalah SATE 02 he..he…

Nah, itulah yang saya lakukan setiap kali saya pulang kampung. Membeli sate bekicot untuk dimakan oleh keluarga atau membeli keripik bekicot yang selain dimakan sendiri juga bisa dijadikan oleh-oleh.

Kalau Anda membelinya di toko oleh-oleh yang tersebar di Kediri, harganya memang sudah lumayan mahal (tapi wajarlah dengan rasa dan citranya). Tapi saya sudah menemukan warung yang lumayan murah. Letaknya di Desa Dandangan Gang 1 no 14, di belakang pabrik lama Gudang Garam. Warung ini kepunyaan seorang nenek yang sudah renta sehingga terkadang Anda harus berteriak untuk berbicara dengan beliau. Tapi nenek ini masih sehat lho, ingatannya masih tajam mengenal saya padahal saya mendatangi warungnya paling setahun sekali kala mudik. Tapi dia selalu ingat saya, dan terkadang menambahi porsi sate bekicot yang saya pesan. Alasannya saja sudah jauh-jauhd ari Kalimantan mau berkunjung ke warungnya yang kecil dan sangat sederhana itu.

Bagi orang Kediri, bekicot memang seperti obat. Waktu saya kecil dulu, setiap kali ada luka karena jatuh atau tersayat pisau, Bunda selalu mencari bekicot lalu mengoleskan lendir sang bekicot ke luka saya tersebut. Ajaibnya, luka saya tidak lama kemudian akan mengering dan sembuh.

Beberapa orang juga mengkonsumsi sate atau bekicot sebagai obat asma atau obat sakit maag. Kalau saya sih mengkonsumsinya sebagai obat lapar dan juga sebagai obat penawar rindu akan kampung halaman.

Karena itu jangan heran setiap kali saya menerima sate atau keripik pesanan di warung sang nenek tersebut (atau Embah, saya memanggilnya) saya akan selalu mendapatkan bonus dari Sang Embah. Bonusnya adalah Sang Embah selalu menyerahkan bungkusan sate atau keripik bekicot dengan memberikan doa supaya bekicot dari Sang Embah tersebut bisa menjadi obat bagi saya, isteri dan anak-anak sambil mendoakan supaya tahun depan saya masih diijinkan Tuhan untuk kembali berkunjung ke warung tersebut dan bertemu kembali dengan Sang Embah. Karena itulah sesudahnya saya selalu mengucapkan, “Tuhan juga memberkahi Embah”. Itulah cara orang Kediri memelihara hubungan.

BUDIDAYA SIPUT = KEONG AIR

Sekarang ini makin banyak orang mencari peluang usaha yang masih langka. Bahkan peluang usaha yang bisa dibilang tanpa perlu modal uang. Salah satunya adalah pembudidayaan hama tanaman. Tapi yang ini bukan sembarang hama. Semua orang apalagi wong ndesa pasti tahu yang namanya siput air atau biasa disebut keong. Makhuk yang sering diremehkan karena lamban dan dianggap sebagai perusak.

Keong atau siput air banyak ditemukan di perairan tenang dan dangkal seperti sungai kecil, danau, dan lebih sering ditemukan di persawahan. Makanan alaminya berupa rerumputan, lumut dan tanaman2 air yang gampang didapat di tempat mereka hidup. Jangan terkecoh dengan sifat pemalu dan gerak-geriknya lho…! Walaupun keong mobilitasnya lambat tapi perkembangbiakannya bisa dibilang sangat cepat. Dan dalam jumlah yang banyak mereka bakal keliatan sangat rakus.

Sebagai contoh kolamku ukuran 2×3m yang permukaannya tertutup penuh oleh enceng gondok bisa jadi bersih dari enceng gondok dalam sehari hanya karena aku masukin keong hidup satu tas plastik (kresek). Dan dalam beberapa hari aja sudah banyak telur-telur keong yang nempel di dinding kolam. Gimana kalau keong-keong itu disebar di sepetak sawah sekaligus. Pasti tinggal tunggu hari dan tanaman padi di sana bakalan gagal panen. Itulah mengapa petani padi sangat tidak menghendaki keberadaan keong di sawahnya. Bahkan di beberapa tempat keong adalah Musuh Besar petani. Bagi petani padi keong adalah hama padi yang harus diberantas.

Tapi jangan negative tinking dulu sama keong. Di sisi lain keong malah dicari-cari. Keong sangat berguna bagi peternak unggas (bebek, entok dll) dan pada pembesaran ikan tertentu(lele,dll) sebagai makanan ternak alternatif. Lain lagi bagi pecinta kuliner, karena keong juga bisa menjadi makanan uenak. Banyak warung makan ataupun restoran yang nyediain hidangan dari bahan baku daging keong ini. Mereka malah seringkali kesulitan dapetin stok keong. Mari amati kenyataan ini.

Ternyata di sini ada peluang yang sangat bagus. Bagaimana kalau keong ini diternakkan. Bisa jadi sebuah usaha bisnis tanpa modal atau paling tidak tak perlu punya banyak uang untuk memulai usaha ini. Yang perlu dilakukan untuk memulai bisnis ini yaitu:

1. Sediakan kolam untuk meletakkan keong, bisa dari tanah, terpal, atau permanen dan diisi air tak perlu terlalu dalam kurang lebih 30cm. Yang penting kolam ini harus tidak berada di area rawan banjir. Nggak hanya menghindari kerugian pribadi karena keong-keong kita hilang. Tapi juga menghindarkan bencana pada petani di sekitar gara-gara kelalaian kita.

2. Kumpulkan keong sebanyak-banyaknya (biasanya lebih mudah cari di sawah) lalu masukkan ke kolam yang telah disediakan. Memang cukup melelahkan jika harus mencari keong sendiri di sawah. Tapi itu harus dilakukan kalau mau tanpa modal dan itung2 bantu petani. Kalau ga’ mau susah ya tinggal beli aja dari pencari keong atau jika beruntung tinggal minta pada petani padi yang biasanya hanya membuang keong dari sawahnya. Nah setelah ini kerjaan kita cukup santai. Cuma kasih makan keong pake rumput yang bisa didapat di sekitar. Yang diperlukan cuma sabar dan biarkan keong berkembang biak dg sendirinya. Tunggu hingga jumlahnya sudah sangat banyak. Tinggal panen dg sistem sortir atau pilih yang besar2 saja tapi jangan semuanya agar tetap ada yang terus berkembangbiak. Kalau tanpa modal berarti setiap panennya adalah untung bukan? Apalagi yang dikhawatirkan dari usaha ini. Sekarang mau untung berapa? Semakin banyak keong/siput yang dimiliki berarti makin banyak pula untungnya.

Penjualannya gampang. Bisa di jual ke pasar, restaurant, langsung ke pembeli (dalam keadaan hidup/sudah diolah) atau ke peternak. Harganya aku kurang tau tapi yg jelas lumayan lah. Lebih mudah lagi dengan memasang tanda di pinggir jalan di dekat rumah. Tulis saja, MENYEDIAKAN KEONG DALAM JUMLAH BANYAK. Pasti banyak dech yang mau beli. Usaha ini juga sangat baik dilakukan peternak (itik, entok, angsa, lele dll) untuk efisiensi dan menambah mutu pakan. Mau buka usaha ga’ punya modal? Bukan lagi alasan. Jika ada niat maka selalu ada jalan.

Sumber : http://rumahtani.multiply.com
Artikel Terkait :
Peluang Usaha Beternak Keong
http://agriviet.net
wisata.kompasiana.com

Sabtu, 19 Desember 2015

BUDIDAYA BELUT


ALTERNATIF :

Metode terbaru untuk Budidaya Belut khususnya pembesaran adalah di "Air jernih (bersih / tanpa lumpur)". Metode ini sudah dicoba di beberapa petani yaitu Pati, Kudus, Semarang, Boyolali. Hasilnya sangat menakjubkan dalam kurun waktu 1 1/2 - 2 bulan pembesarannya sudah seukuran jari manis dan telunjuk tangan orang dewasa. Bahkan di Boyolali, bibitnya berasal dari sawah yang diambil dengan cara "disetrum" tetapi dengan cara yang benar.

namun kita "tetap" menggunakan media lumpur dengan metode khusus untuk melakukan proses pembenihannya.

KASUS-KASUS YANG TERJADI DI PETANI BELUT (MEDIA LUMPUR) YANG HARUS SEGERA DIATASI:

Media lumpurnya memadat.
Jerami dan gedebok pisang tidak membusuk / hancur.
Media tidak keluar cacing Lor sawah sebagai cadangan pakan dalam kolam.
Tanam benih 4 bulan, setelah di panen tidak ada sama sekali (mati semua).
Tanam benih 4 bulan, hasil panen yang besar beberapa ekor saja, yang lainnya kecil semua.

Tanam benih 4 bulan, hasil panen yang besar beberapa ekor saja, yang lainnya tidak ada (habis).
Tanam benih 4 bulan, hasil panen " tetap" ukuran belutnya ( tidak bisa besar semua ).

Setelah meneliti dan mengunjungi hampir 45 orang petani belut dan menjalankan percobaan serta penelitian selama hampir 2 tahun pada beberapa media (media lumpur, media gedebok busuk + air, dan media air bersih 100 %) dan beberapa jenis belut serta berkeliling menemui para Ketua Kelompok Tani Belut dan petaninya di daerah Pati (Bpk. Ali Mutardho), Demak (Bpk. Pujiwanto dan Bpk .Sukamto), Mranggen (Bpk. Abdul Hadi) Semarang, Sragen (Bpk. Ari Sujono), Kendal (Bpk. Nuh & Bpk. Zaenal), Ambarawa ( Bu Ning), Jepara (Bpk. Fuad), Kudus (bpk. Hasan), Batang (Bpk Karjo), Pekalongan (Bpk Hadi), Tegal ( Bpk Primulyono), Indramayu (Bpk. Stanley) dan Kuningan Jawa Barat (Bpk. Ahmad Sarkhan) serta informasi dari beberapa orang “penyedek belut” dari daerah Ungaran dan Gunung Pati Jawa Tengah.

Akhirnya kami menganalisa dan menyimpulkan Kunci-kunci Pokok yang harus dipenuhi untuk Keberhasilan Beternak belut atau yang mau memulai usaha budidaya ini "Khususnya metode di media Lumpur" agar benar-benar bisa panen:
Harus Mengetahui benar-benar “Penjual bibit yang tidak bermasalah !”
Bisa memilih “bibit belut yang benar” (bisa besar setelah dibudidayakan)
Bisa memililh bibit yang “benar-benar sehat”
Bisa “menyehatkan bibit belut di kolam karantina” setelah perjalanan / transportasi

Bisa “mengadaptasikan suasana di alam” setelah benih masuk media
Bisa membuat “benih belut mau makan” setelah ditebar di media (kalau mau makan berarti benih belut bisa hidup)

Bisa membuat “media yang tidak beracun / tidak panas / cocok untuk belut”
Media budidaya harus bisa menumbuhkan “cacing lor sawah” setelah berjalannya waktu antara 3 minggu sampai 1 bulan setelah digenangi air

Bisa memberi “makanan yang berprotein tinggi” dan “yang disukai belut” pada awal pertumbuhannya (pada bulan I)
Mengetahui “teknik memberi makan yang tepat dengan protein yang seimbang dengan berat badannya” sehingga tidak mengakibatkan kanibalisme antar sesama belut pada bulan II sampai paneni

Mengetahui “tehnik cara panen yang baik” agar belut tidak luka atau mudah mati setelah dipanen

Sudah adanya pembeli yang menerima hasil panen dengan sistem pembayaran ditempat setelah ditimbang, dengan harga yang bagus.

Dan untuk memenuhi kebutuhan kuota ekspor, masih banyak dibutuhkan petani-petani yang harus dilatih membudidayakan belut mulai sekarang dengan standar ekspor (sesuai dengan HACCP Budidaya).

PELUANG USAHA DAN INVESTASI YANG SANGAT DIHARAPKAN OLEH PETANI BELUT

Dibuatnya "PROBIOTIK" khusus belut untuk efisiensi pakan dan probiotik untuk menekan amoniak dalam media budidaya.
Dibuatnya "PABRIK PELET" khusus pakan belut yang murah dan berprotein tinggi serta bebas dari bakteri paktogen (Typus dan Coli).
Dibutuhkannya "PUPUK ORGANIK" yang bisa menumbuhkan dan melipatgandakan jumlah cacing lor sawah yang ada di media lumpur budidaya.
Terbentuknya "PENYULUH PERIKANAN" (PPL) khusus budidaya belut baik dari pemerintah maupun swasta sebagai pendamping petani dalam melaksanakan budidaya.
Pabrik "ABON BELUT" skala rumah tangga.
Pabrik "DENDENG BELUT" skala rumah tangga.
Pabrik "KRUPUK BELUT" skala rumah tangga.
Budidaya cacing "Lumbricus atau Tiger Australia" sebagai rekanan atau pemasok bibit cacing kepada petani belut.
Pemancingan "KHUSUS" belut termasuk restorannya yang menyajikan menu aneka masakan belut.

Sumber : http://tehnikbudidayabelut.blogspot.com

Kamis, 10 Desember 2015

BETERNAK SAPI PERAH


NGE'NGON TENTREMING ATI :

1. SEJARAH SINGKAT

Sapi adalah hewan ternak terpenting sebagai sumber daging, susu, tenaga kerja dan kebutuhan lainnya. Sapi menghasilkan sekitar 50% (45-55%) kebutuhan daging di dunia, 95% kebutuhan susu dan 85% kebutuhan kulit. Sapi berasal dari famili Bovidae. seperti halnya bison, banteng, kerbau (Bubalus), kerbau Afrika (Syncherus), dan anoa.

Domestikasi sapi mulai dilakukan sekitar 400 tahun SM. Sapi diperkirakan berasal dari Asia Tengah, kemudian menyebar ke Eropa, Afrika dan seluruh wilayah Asia. Menjelang akhir abad ke-19, sapi Ongole dari India dimasukkan ke pulau Sumba dan sejak saat itu pulau tersebut dijadikan tempat pembiakan sapi Ongole murni.

Pada tahun 1957 telah dilakukan perbaikan mutu genetik sapi Madura dengan jalan menyilangkannya dengan sapi Red Deen. Persilangan lain yaitu antara sapi lokal (peranakan Ongole) dengan sapi perah Frisian Holstein di Grati guna diperoleh sapi perah jenis baru yang sesuai dengan iklim dan kondisi di Indonesia.

2. SENTRA PERIKANAN

Sentra peternakan sapi di dunia ada di negara Eropa (Skotlandia, Inggris, Denmark, Perancis, Switzerland, Belanda), Italia, Amerika, Australia, Afrika dan Asia (India dan Pakistan). Sapi Friesian Holstein misalnya, terkenal dengan produksi susunya yang tinggi (+ 6350 kg/th), dengan persentase lemak susu sekitar 3-7%. Namun demikian sapi-sapi perah tersebut ada yang mampu berproduksi hingga mencapai 25.000 kg susu/tahun, apabila digunakan bibit unggul, diberi pakan yang sesuai dengan kebutuhan ternak, lingkungan yang mendukung dan menerapkan budidaya dengan manajemen yang baik. Saat ini produksi susu di dunia mencapai 385 juta m2/ton/th, khususnya pada zone yang beriklim sedang. Produksi susu sapi di PSPB masih kurang dari 10 liter/hari dan jauh dari standar normalnya 12 liter/hari (rata-ratanya hanya 5-8 liter/hari).

3. JENIS

Secara garis besar, bangsa-bangsa sapi (Bos) yang terdapat di dunia ada dua, yaitu (1) kelompok yang berasal dari sapi Zebu (Bos indicus) atau jenis sapi yang berpunuk, yang berasal dan tersebar di daerah tropis serta (2) kelompok dari Bos primigenius, yang tersebar di daerah sub tropis atau lebih dikenal dengan Bos Taurus.

Jenis sapi perah yang unggul dan paling banyak dipelihara adalah sapi Shorhorn (dari Inggris), Friesian Holstein (dari Belanda), Yersey (dari selat Channel antara Inggris dan Perancis), Brown Swiss (dari Switzerland), Red Danish (dari Denmark) dan Droughtmaster (dari Australia). Hasil survei di PSPB Cibinong menunjukkan bahwa jenis sapi perah yang paling cocok dan menguntungkan untuk dibudidayakan di Indonesia adalah Frisien Holstein.

4. MANFAAT

Peternakan sapi menghasilkan daging sebagai sumber protein, susu, kulit yang dimanfaatkan untuk industri dan pupuk kandang sebagai salah satu sumber organik lahan pertanian.

5. PERSYARATAN LOKASI

Lokasi yang ideal untuk membangun kandang adalah daerah yang letaknya cukup jauh dari pemukiman penduduk tetapi mudah dicapai oleh kendaraan. Kandang harus terpisah dari rumah tinggal dengan jarak minimal 10 meter dan sinar matahari harus dapat menembus pelataran kandang serta dekat dengan lahan pertanian. Pembuatannya dapat dilakukan secara berkelompok di tengah sawah atau ladang.

6. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA

6.1. Penyiapan Sarana dan Peralatan

Kandang dapat dibuat dalam bentuk ganda atau tunggal, tergantung dari jumlah sapi yang dimiliki. Pada kandang tipe tunggal, penempatan sapi dilakukan pada satu baris atau satu jajaran, sementara kandang yang bertipe ganda penempatannya dilakukan pada dua jajaran yang saling berhadapan atau saling bertolak belakang. Diantara kedua jajaran tersebut biasanya dibuat jalur untuk jalan.

Pembuatan kandang untuk tujuan penggemukan (kereman) biasanya berbentuk tunggal apabila kapasitas ternak yang dipelihara hanya sedikit. Namun, apabila kegiatan penggemukan sapi ditujukan untuk komersial, ukuran kandang harus lebih luas dan lebih besar sehingga dapat menampung jumlah sapi yang lebih banyak. Lantai kandang harus diusahakan tetap bersih guna mencegah timbulnya berbagai penyakit. Lantai terbuat dari tanah padat atau semen, dan mudah dibersihkan dari kotoran sapi. Lantai tanah dialasi dengan jerami kering sebagai alas kandang yang hangat.

Seluruh bagian kandang dan peralatan yang pernah dipakai harus disuci hamakan terlebih dahulu dengan desinfektan, seperti creolin, lysol, dan bahan-bahan lainnya. Ukuran kandang yang dibuat untuk seekor sapi jantan dewasa adalah 1,5×2 m atau 2,5×2 m, sedangkan untuk sapi betina dewasa adalah 1,8×2 m dan untuk anak sapi cukup 1,5×1 m per ekor, dengan tinggi atas + 2-2,5 m dari tanah. Temperatur di sekitar kandang 25-40 derajat C (rata-rata 33 derajat C) dan
kelembaban 75%. Lokasi pemeliharaan dapat dilakukan pada dataran rendah (100-500 m) hingga dataran tinggi (> 500 m).

6.2. Pembibitan

Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh bibit sapi perah betina dewasa adalah:

produksi susu tinggi,
umur 3,5-4,5 tahun dan sudah pernah beranak,
berasal dari induk dan pejantan yang mempunyai keturunan produksi susu tinggi,
bentuk tubuhnya seperti baji,
matanya bercahaya, punggung lurus, bentuk kepala baik, jarak kaki depan atau kaki belakang cukup lebar serta kaki kuat,
ambing cukup besar, pertautan pada tubuh cukup baik, apabila diraba lunak, kulit halus, vena susu banyak, panjang dan berkelok-kelok, puting susu tidak lebih dari 4, terletak dalam segi empat yang simetris dan tidak terlalu pendek,
tubuh sehat dan bukan sebagai pembawa penyakit menular, dan
tiap tahun beranak.

Sementara calon induk yang baik antara lain:

berasal dari induk yang menghasilkan air susu tinggi,
kepala dan leher sedikit panjang, pundak tajam, badan cukup panjang, punggung dan pinggul rata, dada dalam dan pinggul lebar,
jarak antara kedua kaki belakang dan kedua kaki depan cukup lebar,
pertumbuhan ambing dan puting baik,
jumlah puting tidak lebih dari 4 dan letaknya simetris, serta
sehat dan tidak cacat.

Pejantan yang baik harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
umur sekitar 4-5 tahun,
memiliki kesuburan tinggi,
daya menurunkan sifat produksi yang tinggi kepada anak-anaknya,
berasal dari induk dan pejantan yang baik,
besar badannya sesuai dengan umur, kuat, dan mempunyai sifat-sifat pejantan yang baik,
kepala lebar, leher besar, pinggang lebar, punggung kuat,
muka sedikit panjang, pundak sedikit tajam dan lebar,
paha rata dan cukup terpisah,
dada lebar dan jarak antara tulang rusuknya cukup lebar,
badan panjang, dada dalam, lingkar dada dan lingkar perut besar, serta
sehat, bebas dari penyakit menular dan tidak menurunkan cacat pada keturunannya.
Prosedur:

Pemilihan Bibit dan Calon Induk
Untuk mengejar produktivitas ternak yang tinggi, diperlukan perbaikan lingkungan hidup dan peningkatan mutu genetik ternak yang bersangkutan. Bibit yang baru datang harus dikarantina untuk penularan penyakit. Kemudian bibit diberi minum air yang dicampur garam dapur, ditempatkan dalam kandang yang bersih dan ditimbang serta dicatat penampilannya.

Perawatan Bibit dan Calon Induk
Seluruh sapi perah dara yang belum menunjukkan tanda-tanda birahi atau belum bunting setelah suatu periode tertentu, harus disisihkan. Jika sapi yang disisihkan tersebut telah menghasilkan susu, sapi diseleksi kembali berdasarkan produksi susunya, kecenderungan terkena radang ambing dan temperamennya.

Sistim Pemuliabiakan
Seringkali sapi perah dara dikawinkan dengan pejantan pedaging untuk mengurangi risiko kesulitan lahir dan baru setelah menghasilkan anak satu dikawinkan dengan pejantan sapi perah pilihan. Bibit harus diberi kesempatan untuk bergerak aktif paling tidak 2 jam setiap hari.

6.3. Pemeliharaan

Sanitasi dan Tindakan Preventif
Pada pemeliharaan secara intensif sapi-sapi dikandangkan sehingga peternak mudah mengawasinya, sementara pemeliharaan secara ekstensif pengawasannya sulit dilakukan karena sapi-sapi yang dipelihara dibiarkan hidup bebas. Sapi perah yang dipelihara dalam naungan (ruangan) memiliki konsepsi produksi yang lebih tinggi (19%) dan produksi susunya 11% lebih banyak daripada tanpa naungan. Bibit yang sakit segera diobati karena dan bibit yang menjelang beranak dikering kandangkan selama 1-2 bulan.

Perawatan Ternak
Ternak dimandikan 2 hari sekali. Seluruh sapi induk dimandikan setiap hari setelah kandang dibersihkan dan sebelum pemerahan susu. Kandang harus dibersihkan setiap hari, kotoran kandang ditempatkan pada penampungan khusus sehingga dapat diolah menjadi pupuk. Setelah kandang dibersihkan, sebaiknya lantainya diberi tilam sebagai alas lantai yang umumnya terbuat dari jerami atau sisa-sisa pakan hijauan (seminggu sekali tilam tersebut harus dibongkar). Penimbangan dilakukan sejak sapi pedet hingga usia dewasa. Sapi pedet ditimbang seminggu sekali sementara sapi dewasa ditimbang setiap bulan atau 3 bulan sekali. Sapi yang baru disapih ditimbang sebulan sekali. Sapi dewasa dapat ditimbang dengan melakukan taksiran pengukuran berdasarkan lingkar dan lebar dada, panjang badan dan tinggi pundak.

Pemberian Pakan
Pemberian pakan pada sapi dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu:
sistem penggembalaan (pasture fattening)
kereman (dry lot fattening)
kombinasi cara pertama dan kedua.
Pakan yang diberikan berupa hijauan dan konsentrat. Hijauan yang berupa jerami padi, pucuk daun tebu, lamtoro, alfalfa, rumput gajah, rumput benggala atau rumput raja. Hijauan diberikan siang hari setelah pemerahan sebanyak 30-50 kg/ekor/hari. Pakan berupa rumput bagi sapi dewasa
umumnya diberikan sebanyak 10% dari bobot badan (BB) dan pakan tambahan sebanyak 1-2% dari BB. Sapi yang sedang menyusui (laktasi) memerlukan makanan tambahan sebesar 25% hijauan dan konsentrat dalam ransumnya. Hijauan yang berupa rumput segar sebaiknya ditambah dengan jenis kacang-kacangan (legum).
Sumber karbohidrat berupa dedak halus atau bekatul, ampas tahu, gaplek, dan bungkil kelapa serta mineral (sebagai penguat) yang berupa garam dapur, kapur, dll. Pemberian pakan konsentrat sebaiknya diberikan pada pagi hari dan sore hari sebelum sapi diperah sebanyak 1-2 kg/ekor/hari. Selain makanan, sapi harus diberi air minum sebanyak 10% dari berat badan per hari.
Pemeliharaan utama adalah pemberian pakan yang cukup dan berkualitas, serta menjaga kebersihan kandang dan kesehatan ternak yang dipelihara. Pemberian pakan secara kereman dikombinasikan dengan penggembalaan Di awal musim kemarau, setiap hari sapi digembalakan. Di musim hujan sapi dikandangkan dan pakan diberikan menurut jatah. Penggembalaan bertujuan pula untuk memberi kesempatan bergerak pada sapi guna memperkuat kakinya.

Pemeliharaan Kandang
Kotoran ditimbun di tempat lain agar mengalami proses fermentasi (+1-2minggu) dan berubah menjadi pupuk kandang yang sudah matang dan baik. Kandang sapi tidak boleh tertutup rapat (agak terbuka) agar sirkulasi udara didalamnya berjalan lancar. Air minum yang bersih harus tersedia setiap saat. Tempat pakan dan minum sebaiknya dibuat di luar kandang tetapi masih di bawah atap. Tempat pakan dibuat agak lebih tinggi agar pakan yang diberikan tidak diinjak-injak atau tercampur dengan kotoran. Sementara tempat air minum sebaiknya dibuat permanen berupa bak semen dan sedikit lebih tinggi daripada permukaan lantai. Sediakan pula peralatan untuk memandikan sapi.

7. HAMA DAN PENYAKIT

7.1. Penyakit

Penyakit antraks
Penyebab: Bacillus anthracis yang menular melalui kontak langsung, makanan/minuman atau pernafasan.
Gejala:
demam tinggi, badan lemah dan gemetar;
gangguan pernafasan;
pembengkakan pada kelenjar dada, leher, alat kelamin dan badan penuh bisul;
kadang-kadang darah berwarna merah hitam yang keluar melalui hidung, telinga, mulut, anus dan vagina;
kotoran ternak cair dan sering bercampur darah;
limpa bengkak dan berwarna kehitaman.
Pengendalian: vaksinasi, pengobatan antibiotika, mengisolasi sapi yang terinfeksi serta mengubur/membakar sapi yang mati.

Penyakit mulut dan kuku (PMK) atau penyakit Apthae epizootica (AE)
Penyebab: virus ini menular melalui kontak langsung melalui air kencing, air susu, air liur dan benda lain yang tercemar kuman AE.
Gejala:
rongga mulut, lidah, dan telapak kaki atau tracak melepuh serta terdapat tonjolan bulat berisi cairan yang bening;
demam atau panas, suhu badan menurun drastis;
nafsu makan menurun bahkan tidak mau makan sama sekali;
air liur keluar berlebihan.
Pengendalian: vaksinasi dan sapi yang sakit diasingkan dan diobati secara terpisah.

Penyakit ngorok/mendekur atau penyakit Septichaema epizootica (SE)
Penyebab: bakteri Pasturella multocida. Penularannya melalui makanan dan minuman yang tercemar bakteri.
Gejala:
kulit kepala dan selaput lendir lidah membengkak, berwarna merah dan kebiruan;
leher, anus, dan vulva membengkak;
paru-paru meradang, selaput lendir usus dan perut masam dan berwarna merah tua;
demam dan sulit bernafas sehingga mirip orang yang ngorok. Dalam keadaan sangat parah, sapi akan mati dalam waktu antara 12-36 jam.
Pengendalian: vaksinasi anti SE dan diberi antibiotika atau sulfa.

Penyakit radang kuku atau kuku busuk (foot rot)
Penyakit ini menyerang sapi yang dipelihara dalam kandang yang basah dan kotor.
Gejala:
mula-mula sekitar celah kuku bengkak dan mengeluarkan cairan putih keruh;
kulit kuku mengelupas;
tumbuh benjolan yang menimbulkan rasa sakit;
sapi pincang dan akhirnya bisa lumpuh.

7.2. Pencegahan Serangan

Upaya pencegahan dan pengobatannya dilakukan dengan memotong kuku dan merendam bagian yang sakit dalam larutan refanol selama 30 menit yang diulangi seminggu sekali serta menempatkan sapi dalam kandang yang bersih dan kering.

8. PANEN

8.1. Hasil Utama

Hasil utama dari budidaya sapi perah adalah susu yang dihasilkan oleh induk betina.

8.2. Hasil Tambahan

Selain susu sapi perah juga memberikan hasil lain yaitu daging dan kulit yang berasal dari sapi yang sudah tidak produktif serta pupuk kandang yang dihasilkan dari kotoran ternak.

9. PASCAPANEN :

10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA

10.1. Analisis Usaha Budidaya

Usaha ternak sapi perah di Indonesia masih bersifat subsisten oleh peternak kecil dan belum mencapai usaha yang berorientasi ekonomi. Rendahnya tingkat produktivitas ternak tersebut lebih disebabkan oleh kurangnya modal, serta pengetahuan/ketrampilan petani yang mencakup aspek reproduksi, pemberian pakan, pengelolaan hasil pascapanen, penerapan sistem recording, pemerahan, sanitasi dan pencegahan penyakit. Selain itu pengetahuan petani mengenai aspek tata niaga harus ditingkatkan sehingga keuntungan yang diperoleh sebanding dengan pemeliharaannya. Produksi susu sapi di dunia kini sudah melebihi 385 juta m2/ton/th dengan tingkat penjualan sapi dan produknya yang lebih besar daripada pedet, pejantan, dan sapi afkiran. Di Amerika Serikat, tingkat penjualan dan pembelian sapi dan produknya secara tunai mencapai 13% dari seluruh peternakan yang ada di dunia. Sementara tingkat penjualan anak sapi (pedet), pejantan sapi perah, dan sapi afkir hanya berkisar 3%. Produksi susu sejumlah itu masih perlu ditingkatkan seiring dengan peningkatan jumlah penduduk di dunia ini. Untuk mencapai tingkat produksi yang tinggi maka pengelolaan dan pemberian pakan harus benar-benar sesuai dengan kebutuhan ternak, dimana minimum pakan yang dapat dimanfaatkan oleh ternak (terserap) diusahakan sekitar 3,5-4% dari bahan kering

10.2. Gambaran Peluang Agribisnis

Usaha peternakan sapi perah keluarga memberikan keuntungan jika jumlah sapi yang dipelihara minimal sebanyak 6 ekor, walaupun tingkat efisiensinya dapat dicapai dengan minimal pengusahaannya sebanyak 2 ekor dengan rata-rata produksi susu sebanyak 15 lt/hari. Upaya untuk meningkatkan pendapatan petani melalui pembudidayaan sapi perah tersebut dapat juga dilakukan dengan melakukan diversifikasi usaha. Selain itu melakukan upaya kooperatif dan integratif (horizontal dan vertikal) dengan petani lainnya dan instansi-instansi lain yang berkompeten, serta tetap memantapkan pola PIR diatas.

Sumber :http://sutanmuda.wordpress.com

TERNAK JANGKRIK


TENGUK-TENGUK GOLEK WANGSIT :

Sembari menanti hujan kembali turun, petani bisa memanfaatkan waktu luang musim kemaraunya untuk membudidayakan jangkrik. Budi daya jangkrik yang dikembangkan Asosiasi Jangkrik Indonesia atau Astrik Indonesia bekerja sama dengan IPB mudah dan sederhana. Modal awalnya Rp 1,4 juta untuk membuat kandang dan telur jangkrik. Dalam waktu 35 hari jangkrik sudah bisa dipanen dan memberikan keuntungan Rp 900.000.

Jenis jangkrik yang dibudidayakan adalah jangkrik kalung. Jangkrik kalung mengandung protein, asam amino (sistein untuk antioksidan), asam lemak (omega 3 dan omega 6), hormon (progesteron, estrogen, testosteron) dan kolagen dibanding jenis lainnya. Karenanya, jangkrik kalung banyak dimanfaatkan sebagai bahan baku industri farmasi, obat, kosmetik, atau pakan burung dan bahkan makanan manusia.
Berikut ini langkah-langkah budi daya jangrik yang dikembangkan Astrik Indonesia dan IPB.

Membuat kandang

1. Kandang terbuat dari kayu tripleks atau kardus bekas berukuran 100cm x 60cm x 30cm bisa menampung 4.000 ekor jangkrik. Dan kotak ini bisa digunakan 4-5 kali. Atap kandang dilapisi koran atau daun kelapa/daun pisang/daun jati/daun tebu/serabut kelapa.

2. Bahan yang dibutuhkan:
-lakban licin coklat 4 buah
-lem kertas putih 4 buah
-serbuk gergaji 2 plastik
-lis kayu/bambu 40+40

3. Pendukung pertumbuhan atau rumah jangkrik adalah tempat merambat dan nangkring jangkrik berupa empat lengkungan baik besar dan delapan lenkungan kecil yang dibentuk seperti kerangka besi sebuah payung.

Penetasan telur

1. Telur jangkrik dimasukkan ke dalam kain lembab. Telur akan menetas 2-3 hari kemudian. Setiap 400 gram telur akan menghasilkan 80 kg jangkrik umur 35 hari (1 kg jangkrik kurang lebih 1.000 ekor).

2. Bahan yang dibutuhkan:
-Kain tetas 2 buah/dus atau per kandang
-Nampan 2 buah/dus atau per kandang
-Pasir
-Sprayer
-Kertas koran bekas
-Paket telur jangkrik yang berisi telur 400 gram/paket

3. Cara menetaskan:
-Taruh 20 gram telur (1-2 sendok/dus atau per kandang)
-Telur diangin-anginkan terlebih dahulu sekitar 1/2 jam
-Cuci pasir dengan air panas dan letakkan di atas nampan
-Nampan diisi pasir (lembab)
-Siapkan kain tetas dan lembabkan dengan percikan air
-Taruh kain tetas di atas nampan
-Taburkan telur merata di kain tetas
-Tutup telur dengan melipat kain tetas
-Tutup kain tetas dengan kertas koran lembab
-Jaga kelembaban kain tetas (disemprot tiap hari)

Pemeliharaan dan pembesaran

1. Pada proses pembesaran, jangkrik diberi pakan yang cukup baik yaitu pakan pelet buatan Astrik dan sayuran (wortel, gambas, daun katuk, daun pepaya, sawi, dan lainnya).

2. Pemberian sayuran mengikuti ketentuan berikut masa pertumbuhan hari ke-1 sampai ke-10 sebanyak 2 kali/hari, hari ke-11 sampai ke-30 (1 kali/2 hari) dan masa pertumbuhan lebih dari 30 hari tidak diberi pakan sayur.

3. Tahapan pemberian pakan sayuran:
-Cuci dan tiriskan sayuran
-Iris tipis sayuran yang sudah tiris
-Angin-anginkan sekitar lima menit
-Pakai alas lebih baik ketika menganginkan
-Buang sisa sayuran yang tidak dimakan sebelum diganti sebaiknya sore hari

4. Sedangkan untuk minuman diberikan dalam pasir basah

Bahan pakan dan minum

1. Pakan
-Dibutuhkan 6 kg pakan per dus/kandang sampai panen
-Berikan sesuai kebutuhan
-Pakan hendaknya habis tiap hari
-Pemberian pakan dua kali sehari
-Pakan diletakkan di tengah kotak
-Pakai alas lebih baik
-Di atap rumah jangkrik (semprot terlebih dahulu)
-Pakan buatan Astrik diletakkan tipis merata (tidak menggunung)

2. Minum
Masa Pertumbuhan 1-10 hari minuman diberikan di:
-Spon/busa dibasahi dalam wadah/nampan beralas pasir atau kain di tengah kotak
-Semprot atap rumah jangkrik
-Kontrol pakan dua kali sehari

Masa Pertumbuhan lebih dari 10 hari minuman diberikan di:
-Nampan penetasan yang diisi kerikil dan air
-Tambah air kalau kurang

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam budi daya jangkrik kalung:

1. Jangkrik tumbuh kerdil karena bibitnya buruk atau suhu kandang lebih dari 30 derajat C

2. Kanibalisme atau saling memakan antarjangkrik disebabkan kurang makanan/sayur, kurang minum, atau kurang rumah/persembunyian

3. Jangkrik mencret diakibatkan makanan tak teratur dan suhu yang kurang baik.

4. Hati-hati terhadap perangkap yang menyebabkan jangkrik meloloskan diri dan tidak nyaman seperti lakban terbuka, ada lubang lakban, air tergenang, lubang pinggir dinding, dan lubang kecil untuk kabur

5. Penting membersihkan kandang sebelum digunakan

kembali dengan kuas/sikat gigi bekas, semprot dengan larutan sirih atau desinfektan, lalu jemur di sinar matahari langsung selama dua hari

Tahap panen dan pemasaran

Jangkrik bisa dipanen pada umur 35 hari yaitu ketika sudah bersayap. Panenan jangkrik (yang sehat, tidak ada luka atau anggota badan lepas) bisa diantar sendiri ke Bagian Pemasaran Astrik Indonesia. Di Bogor bisa diantar ke Padepokan Jangkrik Gedung AP4, Kampus IPB Darmaga. No telpon yang bisa dihubungi 021-381215, 085217306479, 0811119407, 0811117836.

Tinjauan ekonomi

Dengan modal awal Rp 1,4 juta, petani bisa memulai usaha beternak jangkrik. Modal awal tersebut digunakan untuk kandang, telur, pakan, dan biaya persiapan lainnya (Belum termasuk biaya pengangkutan dan pendampingan):
-Kotak (20 buah) Rp 200.000
-Telur 400 gr Rp 240.000
-Pakan 120 kg Rp 900.000
-Beban oven Rp 50.000
-Biaya administrasi Rp 10.000
-Total Rp 1.400.000
Penghitungan keuntungan per 80 kg jangkrik hasil panenan yang dijual Rp 30.000 per kilogram:
-Penjualan 80 kg jangkrik Rp 2.400.000
-Modal Rp 1.400.000
-Biaya pengangkutan satu paket Rp 100.000
-Keuntungan Rp 900.000

Sumber :http://sutanmuda.wordpress.com

AYAM BEKISAR


SESAMBUNGAN SILAHTURAHMI :

Ayam Bekisar merupakan keturunan F1 hasil perkawinan ayam hutan jantan (Gallus varius) dan ayam Kampung betina (Gallus gallus domesticus). Bekisar dikembangkan sebagai ayam kesayangan untuk menghasilkan ayam hias yang indah bulunya, dan terutama untuk mendapatkan keindahan suaranya dengan suara kokok yang memikat.


Ayam Bekisar dapat mencapai harga yang sangat mahal. Warna bulu didominasi oleh warna bulu ayam Kampung betina yang digunakan, tetapi postur tubuh, sifat dan suaranya sangat tergantung pejantannya yaitu ayam Hutan Hijau. Pada awalnya penggemar Bekisar hanya menyukai warna Merah dan Hitam, saat ini warna ayam Bekisar sangat beragam bahkan keindahan warna bulu ayam Bekisar sering digunakan sebagai salah satu kriteria dalam lomba Bekisar. Warna dasar ayam Bekisar mempunyai delapan warna dasar favorit yaitu Merah, Hitam, Putih, Kuning, Wido, Kelabu, Blorok, dan Jali. Ayam Bekisar menjadi lambang fauna (maskot) Propinsi Jawa Timur. Ayam Bekisar berasal dari pulau Kangean, sebuah pulau kecil sebelah timur Madura, termasuk wilayah kabupaten Sumenep. Ayam ini menyebar ke seluruh pulau Madura, Jawa, Bali, dan Wilayah Lombok, Komodo, Flores. Selain di wilayah tersebut ayam Bekisar sulit dijumpai. Berdasarkan Wikipedia Indonesia, ada tiga jenis ayam bekisar :

1. Gallus aenus yang berjengger bergerigi delapan kecil, pial berukuran sedang, warna bulu pada lapisan atas ungu dengan plisir kuning emas.

2. Gallus temminckii memiliki jengger bergerigi emas, pial berwarna jambu, bulu merah mengkilap dan berplisir merah kecoklatan.

3. Gallus violanceus dengan jengger bergerigi bagus, ukuran pial sedang, warna bulunya ungu dengan permukaan yang halus.

Beberapa macam ayam Bekisar yang terkenal keindahannya yaitu :

1. Bekisar Kangean (Madura), dibentuk dari induk betina berbulu satu macam misalnya hitam, merah, putih, kuning, dan abu – abu.

2. Bekisar Putih (Yogya), berwarna putih mulai dari paruh, hingga telapak kaki kecuali jengger, pial, dan cuping berwarna merah.

3. Bekisar Hitam (Parakan), silangan dengan ayam Kedu Hitam betina. Bentuk tubuh tinggi, besar, tegap dan berbulu hitam.

4. Bekisar Multiwarna (Solo), kaya akan warna dan suaranya sangat nyaring dengan ujung suara meninggi, ukuran tubuh sedang. Ayam Bekisar multiwarna mempunyai bulu warna – warni dengan bulu leher, bulu pelana, dan bulu hias berwarna merah menyala.

http://www.poultryIndonesia.com

Informasi terbaru Bisnis Budidaya Ayam Bekisar

Bisnis Budidaya Ayam Bekisar, Ayam Bekisar merupakan keturunan F1 hasil perkawinan ayam hutan jantan (Gallus varius) dan ayam Kampung betina (Gallus gallus domesticus). Bekisar dikembangkan sebagai ayam kesayangan untuk menghasilkan ayam hias yang indah bulunya, dan terutama untuk mendapatkan keindahan suaranya dengan suara kokok yang memikat.

Warna bulu ayam bekisar didominasi oleh warna bulu ayam Kampung betina yang digunakan, tetapi postur tubuh, sifat dan suaranya sangat tergantung pejantannya yaitu ayam Hutan Hijau. Pada awalnya penggemar Bekisar hanya menyukai warna Merah dan Hitam, saat ini warna ayam Bekisar sangat beragam bahkan keindahan warna bulu ayam Bekisar sering digunakan sebagai salah satu kriteria dalam lomba Bekisar.


Warna dasar ayam Bekisar mempunyai delapan warna dasar favorit yaitu Merah, Hitam, Putih, Kuning, Wido, Kelabu, Blorok, dan Jali. Ayam Bekisar menjadi lambang fauna (maskot) Propinsi Jawa Timur. Ayam Bekisar berasal dari pulau Kangean, sebuah pulau kecil sebelah timur Madura, termasuk wilayah kabupaten Sumenep. Ayam ini menyebar ke seluruh pulau Madura, Jawa, Bali, dan Wilayah Lombok, Komodo, Flores. Selain di wilayah tersebut ayam Bekisar sulit dijumpai. Ayam Bekisar merupakan fauna maskot provinsi Jawa Timur.

Berdasarkan Wikipedia Indonesia, ada tiga jenis ayam bekisar :

1. Gallus aenus yang berjengger bergerigi delapan kecil, pial berukuran sedang, warna bulu pada lapisan atas ungu dengan plisir kuning emas.
2. Gallus temminckii memiliki jengger bergerigi emas, pial berwarna jambu, bulu merah mengkilap dan berplisir merah kecoklatan.
3. Gallus violanceus dengan jengger bergerigi bagus, ukuran pial sedang, warna bulunya ungu dengan permukaan yang halus.

Beberapa macam ayam Bekisar yang terkenal keindahannya yaitu :

1. Bekisar Kangean (Madura), dibentuk dari induk betina berbulu satu macam misalnya hitam, merah, putih, kuning, dan abu â€" abu.

2. Bekisar Putih (Yogya), berwarna putih mulai dari paruh, hingga telapak kaki kecuali jengger, pial, dan cuping berwarna merah.

3. Bekisar Hitam (Parakan), silangan dengan ayam Kedu Hitam betina. Bentuk tubuh tinggi, besar, tegap dan berbulu hitam.

4. Bekisar Multiwarna (Solo), kaya akan warna dan suaranya sangat nyaring dengan ujung suara meninggi, ukuran tubuh sedang. Ayam Bekisar multiwarna mempunyai bulu warna â€" warni dengan bulu leher, bulu pelana, dan bulu hias berwarna merah menyala.

Secara umum, ayam bekisar merupakan hasil perkawinan antara ayam hutan jantan dengan ayam kampung betina. Sehingga, ayam bekisar ini mewarisi fisik ayam kampung betina, tetapi dengan bulu seindah ayam jantan hutan yang hitam kehijauan.

Sayangnya, ayam jenis ini walau punya suara kokok nan merdu, akan tetapi mewarisi sifat mudah stress dan mudah mati seperti ayam hutan jantan. Tak heran jika banyak pihak mencoba mencari persilangan genetik ayam bekisar yang terbaik.

Salah satunya adalah Heri Sunarso, pemilik peternakan ayam bekisar Sundoro Farm di Bantul, Jogjakarta. Gara-gara hobi beternak ayam hutan, bapak 45 tahun ini malah dapat menernakan ayam bekisar varietas langka.

Ayam bekisar tersebut didapat dari hasil persilangan antara keturunan ayam jawa dan ayam pelung Cianjur yang kemudian disilangkan dengan ayam hutan jantan. Persilangan ini akan menghasilkan bekisar bernada suara tinggi, panjang dan tidak pecah. Dus, punya ketahanan fisik serupa ayam kampung.
"Sampai saat ini jenis ini sangat sulit diperoleh," ujar Heri yang sudah beternak ayam hutan sejak tahun 1983 ini.

Untuk indukan, harga ayam jawa berkisar antara Rp 50.000 sampai Rp 75.000 per ekor, sementara ayam pelung Rp 150.000 per ekor. Lalu, harga ayam hutan jantan siap kawin Rp 750.000 per ekor.
Heri sendiri saat ini mempunyai sekitar 15 indukan ayam hasil persilangan antara ayam jawa dengan ayam pelung. Dan sekitar 12 indukan ayam hutan jantan.

Untuk keturunan ayam jawa dan ayam pelung yang dijadikan indukan, dibiarkan bebas berkeliaran di halaman atau pekarangan. Sementara pakannya hanya bekatul dan jagung saja.

Sementara untuk indukan ayam hutan jantan, harus diberikan kandang khusus. Pakannya juga khusus. Misalkan campuran beras merah dan BR (pakan khusus ayam). Tak lupa, asupan serangga seperti jangkrik dan kroto setiap tiga hari sekali untuk menjaga stamina. Serta vitamin ayam tiap tiga hari sekali.

Sayangnya, banyak ayam hutan jantan yang lantas 'gering' atau stress dan kemudian mati, beberapa saat setelah dikawinkan.

Untuk mendapat anakan bekisar kualitas bagus, musim kawin terbaik adalah pada musim kemarau. Atau sekitar bulan Maret sampai bulan Agustus. "Kalau kawinnya musim dingin, telurnya tidak mau menetas," lanjut Heri.

Setelah kawin, masa eram telur ayam bekisar berlangsung selama 21 hari. Sekali bertelur bisa didapat sekitar 12 telur. Tetapi yang hidup hanya separuhnya. Setelah dua minggu dari menetasnya telur, para indukan bisa kembali dikawinkan.

Anakan ayam bekisar kemudian dipilah berdasar kualitasnya. Dari enam telur yang menetas, paling hanya satu yang berkualitas. Artinya, dari 60 telur yang menetas, 50 anakan merupakan kualitas yang tidak terlalu baik. "Jika kualitasnya tidak terlalu bagus maka dalam usia dua minggu sudah dijual seharga Rp 100.000 per ekor," lanjut Heri.

Maka, untuk penjualan anak ayam bekisar usia dua minggu ini Heri sudah mengantongi omzet penjualan sebesar Rp 5 juta. Sementara untuk yang berkualitas bagus, bakal dibesarkan sampai usia enam bulan sampai 12 bulan. Dan dijual seharga Rp 1 juta sampai Rp 2 juta per ekor.

Untuk pakan, diterapkan mirip dengan pakan ayam kampung. Namun untuk anak ayam usia satu hari sampai dua bulan, diberi pakan BR1. Untuk menghindari penyakit flu dan muka bengkak atau CRD, anakan bekisar ini diberi vaksin khusus ayam tiap tiga bulan sekali.

Nah, bagi ayam bekisar kualitas bagus, setelah terbukti selalu menang dalam perlombaan, harganya bakal naik berpuluh kali lipat. Heri bercerita, salah satu pembeli ayam bekisar ternakanya pernah melepas ayam bekisarnya seharga Rp 20 juta setelah ayam tersebut beberapa kali memenangkan perlombaan. Padahal, ayam tersebut dibeli dari peternakan Heri seharga Rp 1,6 juta saja. "Saya tidak kebagian bonus penjualan ayamnya,"

Cara Budidaya Ayam Bekisar

"Penemu" ayam bekisar adalah masyarakat pulau Kengean di sebelah tenggara pulau Madura. Di sana masyarakatnys secara iseng mengawinkan induk betina ayam kampung mereka dengan jago ayam hutan hijau. Cara perkawinan ala Kangean ini sangat unik. Kebetulan mereka sudah punya jago ayam hutan hijau yang relatif jinak. Hingga pemeliharaannya cukup dengan diikat salah satu kakinya dengan tali kain. Kepada jago ayam hutan hijau itu didekatkan ayam hutan hijau betina. Setelah ayam hutan jantan itu bermaksud untuk mengawininya, maka disusupkan ayam kampung betina di bawah ayam hutan betina tersebut. Untuk itu, sebuah lubang dangkal telah dipersiapkan di "lokasi perkawinan" tersebut.

Hingga yang terjadi adalah, jago ayam hutan hijau itu "nangkring" dan mematok ayam hutan betina, tetapi yang dikawininya adalah ayam kampung. Teknik perkawinan ala Kangean ini disebut sebagai "kawin dodokan". Selanjutnya, ayam betina kampung yang sudah dikawini jago ayam hutan itu, di pantatnya diikatkan tempurung kelapa sebagai "celana". Maksudnya agar dia tidak dikawini oleh ayam jago kampung. Telur yang dihasilkan oleh ayam betina yang dikawini ayam hutan ini, kalau menetas pasti akan menjadi bekisar sekitar 25 %.

Karena teknik perkawinan ala Kangean ini sangat rumit, maka dikembangkanlah teknik perkawinan ala Surakarta. Di sini, jago ayam hutan hijau ditaruh dalam satu kurungan dengan ayam betina kampung. Mula-mula mereka ditaruh dalam dua kurungan yang berbeda, tetapu ditaruh berdekatan. Setelah kelihatan bahwa ayam hutan jantan itu naksir, baru mereka disatukan. Perkawinan ala Surakarta ini terjadi secara alamiah. Kendalanya, ayam hutan jantan hanya mau naksir ayam betina kampung yang berperawakan kecil (mirip ayam hutan betina) dan yang warna bulunya "lurik" cokelat abu-abu. Teknik perkawinan untuk menghasilkan bekisar cara mutakhir adalah dengan kawin suntik.

Penyilangan ini harus terus menerus dilakukan untuk menghasilkan bekisar, sebab hasil silangan ayam hutan dengan ayam kampung akan selalu mandul. Sampai saat ini, bekisar tetap diproduksi oleh para penangkar. Namun "gaungnya" di masyarakat sudah tidak seperti tahun-tahun 1980an. Di lain pihak, muncul pula upaya untuk melestarikan keberadaan ayam hutan hijau yang habitat aslinya semakin rusak. Upaya itu adalah dengan "domestifikasi". Salah satu institusi yang sudah mulai tampak berhasil menjinakkan ayam hutan hijau adalah Taman Burung Taman Mini Indonesia Indah di Jakarta.

Sumber :http://jejehhati.blogspot.com

BUDIDAYA RAMBUTAN BINJAI


MURAH SANDANG PANGAN :

RAMBUTAN BINJAI
Family Sapindaceae

Deskripsi

Rambutan ini berasal dari daerah Binjai, Sumatera Utara. Rasanya manis segar sehingga tak salah jika rambutan ini dilepas sebagai varietas rambutan unggul. Buahnya tampak menarik dengan warna merah mencolok dan berbentuk bulat agak lonjong. Kulit buahnya tebal dan agak keras. Rambut buahnya panjang, jarang, kasar, dan berwarna merah dengan ujung hijau. Daging buahnya berwarna putih, kenyal, dan ngelotok dengan kulit biji melekat. Daging buahnya agak renyah karena kadar airnya sedikit. Bijinya bulat dan berukuran sedang. Produktivitasnya termasuk rendah, per pohonnya menghasilkan 1.200-2.000 buah/tahun atau sekitar 40-68 kg/tahun.

Manfaat

Kayu pohon rambutan cukup keras dan kering, tetapi mudah pecah sehingga kurang baik untuk bahan bangunan. Namun, kayu rambutan bagus sekali untuk kayu bakar. Akar tanaman ini untuk obat demam, kulit kayunya untuk obat radang mulut, dan daunnya untuk obat sakit kepala sebagai tapal (popok). Daging buah yang telah matang dapat dikalengkan.

Syarat Tumbuh

Tanaman tumbuh dan berbuah baik di dataran rendah hingga ketinggian 500 m dpl dengan tipe iklim basah. Curah hujan 1.500-3.000 mm per tahun. Tanah yang gembur dan subur lebih disenangi. Tanaman ini relatif tahan pada lahan gambut yang masam dan tanah latosol cokelat dengan pH tanah 4-6,5. Suhu udara 22-35° C. Tipe tanah latosol kuning sangat disenangi. Hembusan angin yang kering, biasanya di pantai, dapat menyebabkan tepi-tepi daun berwarna kecokelatan seperti terbakar. Namun, untuk merangsang pembungaan diperlukan musim kemarau (kering) antara 3-4 bulan. Hujan yang jatuh pada saat tanaman sedang berbunga menyebabkan banyak bunga berguguran dan mendorong timbulnya serangan penyakit mildu tepung (Oidium sp.). Bila kemarau berkepanjangan, buah menjadi kurang berisi (kerempeng) dan bijinya tidak berkembang (kempis, rudimenter).

Pedoman Budidaya

Perbanyakan tanaman: Tanaman diperbanyak dengan okulasi. Perbanyakan dengan susuan dan cangkok jarang dilakukan karena kurang efisien. Sebagai batang bawah digunakan bibit semai dari varietas sinyonya (tidak ngelotok). Umur batang bawah yang dapat diokulasi seldtar 6-8 bulan. Untuk mata tempel, diambil dari cabang tanaman rambutan varietas unggul yang daunnya mulai menua, tetapi belum tua benar. Biasanya pada cabang tersebut mata tempelnya masih tidur. Untuk mempercepat mata tempel mulai bangun (matanya menonjol), dilakukan perompesan daun dari cabang entres yang akan digunakan sebagai sumber mata tempel antara 2-3 minggu sebelum cabang dipotong. Biji rambutan adalah monoembrional sehingga semai generatif dari varietas sinyonya yang digunakan untuk batang bawah pengaruhnya bervariasi terhadap batang atas. Sifat tanaman rambutan adalah heterozigot dan menyerbuk silang. Budi daya tanaman: Setelah lahan diolah, dibuat lubang tanaman ukuran 60 cm x 60 cm x 50 cm. Pupuk kandang yang digunakan adalah 40 kg/lubang tanam. Jarak tanam 10 m x 12 m atau 12 m x 12 m, tergantung pada kondisi lahan. Pada lahan miring, jarak tanam lebih rapat. Pada lahan gambut atau lahan masam dengan pH kurang dari 5, perlu ditambahkan kapur mati atau abu dapur. Bibit ditanam di lahan setelah tingginya lebih dari 75 cm, yakni berumur lebih dari delapan bulan. Pupuk buatan berupa campuran urea, TSP atau SP-36, dan KCI, dengan perbandingan 2 : 2: 1 diberikan sebanyak 50-250 gram per tanaman. Pupuk diberikan tiga kali dengan selang empat bulan sekali. Sesudah tanaman berumur lebih dari sepuluh tahun, dapat diberi pupuk NPK hingga 500-1.000 g per pohon.

Pemeliharaan

Pemeliharaan tanaman yang penting adalah membersihkan kebun dari gulma dan memangkas tunas-tunas liar/tunas air yang muncul.

Hama dan Penyakit

Lalat daun Tarsolepis sommeri sering merusak bunga dan daun yang baru trubus, terutama saat musim kemarau menjelang musim hujan. Kutu putih Pseudococcus lilacinus sering menyelinap di antara bulu buah rambutan sehingga buah tampak kotor hitam. Insektisida dapat mengatasi hama tersebut. Namun, penyemprotan insektisida saat buah mendekati merah (matang) sangat berbahaya karena mengakibatkan residu. Penyakit lain yang biasa mengancam akar tanaman adalah cendawan putih Armilaria sp., busuk akar Phytophthora parasitica, dan busuk cokelat leher batang Fusarium sp. Penyakit ini dapat diatasi dengan aerasi yang baik atau disiram Benlate 0,3%. Cendawan yang biasa menyerang batang adalah busuk cokelat batang Cortisium salmonicolor yang dapat ditularkan melalui angin dan alat-alat pertanian. Penyakit jamur upas ini dapat diatasi dengan jalan mengolesi bagian yang sakit dengan lisol.

Panen dan Pasca Panen

Buah rambutan dapat dipetik setelah matang pohon atau umur 120 hari setelah anthesis (bunga mekar). Panen dilakukan dengan memotong tangkai rangkaian (tandan) buah. Hasilnya dapat mencapai 500-700 kg/pohon. Musim panen rambutan terjadi pada bulan Desember–Februari.

sumber http://www.iptek.net.id

Jumat, 04 Desember 2015

BUDIDAYA KOPI


SESARENGAN KARYA TETANEN :

PENDAHULUAN

Tanaman kopi merupakan komoditi ekspor yang cukup menggembirakan karena mempunyai nilai ekonomis yang relative tinggi di pasaran dunia, di samping itu tanaman kopi ini adalah salah satu komoditas unggulan yang dikembangkan di Jawa Barat.

Tanaman kopi jenis arabika sat ini mempunyai nilai ekonomi yang cukup tinggi dibandingkan dengan kopi Robusta yang mana pada tahun 1990 harga kopi Arabika 1,85 U$D/Kg, sedangkan kopi Robusta 0,83 U$D/Kg.

Faktor-faktor yang mempengaruhi penurunan harga kopi Robusta di pasaran dunia antara lain :

Kelangkaan pasok jenis kopi Arabika.

Kopi robusta mengalami over supply.

Penggunaan kopi Robusta semakin tinggi.

Situasi pasaran dunia untuk jenis Robusta menurun sehingga ICO melakukan pemotongan kuota sebanyak 2 kali lipat dalam setahun.

Dari hal tersebut perlu adanya usaha pemilihan jenis kopi yang mempunyai nilai ekonomis dan rasa yang relatif baik serta yang tahan terhadap penyakit karat daun.

Usaha untuk merebut peluang pasar kopi antara lain dengan Pengembangan tanaman kopi Arabika melalui kegiatan peremajaan, peluasan dan rehabilitasi tanaman kopi dari kopi Robusta menjadi kopi Arabika.

PENGERTIAN

Peremajaan

Peremajaan adalah usaha menggantikan tanaman yang secara ekonomis tidak menguntungkan lagi karena produktivitasnya rendah sehingga perlu diganti dengan yang baru dan dapat menghasilkan produktivitas yang tinggi.

Perluasan

Kegiatan perluasan adalah menanam tanaman kopi di areal baru yang lingkungannya sesuai dengan persyaratan untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman kopi.

Rehabilitasi

Rehabilitasi kebun adalah kegiatan untuk memulihkan kondisi kebun ke keadaan yang lebih baik, sehingga produktivitasnya meningkat. Rehabilitasi tanaman ditujukan pada populasi tanaman yang telah berkurang karena kesalahan kultur teknis, serangan hama dan penyakit serta kekeringan yang akan akan mengakibatkan produktivitas tanaman per hektar rendah atau tidak menguntungkan untuk diusahakan.

Budidaya Tanaman Kopi Arabika

Pada dasarnya untuk usahatani dan budidaya kopi arabika melalui kegiatan Perluasan, Peremajaan dan Rehabilitasi adalah sama seperti pada kegiatan penanaman baru, yaitu:

Syarat Tumbuh

Lokasi

- Letaknyas terisolir dari pertanaman kopi varietas lain ± 100 meter.

- Lahan bebas hama dan penyakit

- Mudah pengawasan

Tanah

- PH tanah : 5,5 – 6,5

- Top Soil : Minimal 2 %.

- Strukrur tanah : Subur, gembur ke dalaman relative > 100 cm.

Iklim

- Tinggi tempat : 800 – 2000 m dpl

- Suhu : 15º C - 25º C.

- Curah hujan : 1.750 – 3000 mm/thn dengan bulan kering 3 bulan

Bahan Tanaman

Untuk perbanyakan tanaman di lapangan diperlukan Bibit Siap Salur dengan kriteria sebagai berikut :

Sumber benih : Harus berasal dari kebun induk atau perusahaan yang telah ditunjuk.

Umur bibit: 8 -12 bulan

Tinggi: 20 -40 cm

Jumlah minimal daun tua: 5 – 7

Jumlah cabang primer: 1

Diameter batang: 5 – 6 cm

Kebutuhan bibit/ha

Jarak tanam: 1,25 m x 1,25 m

Populasi: 6.400 tanaman

Untuk sulaman: 25 %

Penanaman

Jarak Tanam

Sistem jarak tanam untuk kopi arabika antara lain :

Segi empat: 2,5 x 2,5 m

Pagar: 1,5 x 1,5 m

Pagar ganda: 1,5 x 1,5 x 3 cm

Lobang Tanam

Pertama, Harus dibuat 3 bulan sebelum tanam.

Kedua, Ukuran lubang 50 x 50 x 50 cm, 60 x 60 x 60 cm, 75 x 75 x 75 cm atau 1 x 1 x 1 m untuk tanah yang berat.

Ketiga, Tanah galian diletakan di kiri dan kanan lubang.

Keempat, Lubang dibiarkan terbuka selama 3 bulan.

Kelima, 2 -4 minggu sebelum tanam, tanah galian yang telah dicampur dengan pupuk kandang yang masak sebanyak 15/20 kg/lubang, dimasukkan kembali ke dalam lubang.

Keenam, Tanah urugan jangan dipadatkan.

Penanaman

Pertama, Penanaman dilakukan pada musim hujan

Kedua, Leher akar bibit ditanam rata dengan permukaan tanah.

Pemeliharaan

a. Penyiangan

1) Membersihkan gulma di sekitar tanaman kopi, 2) Penyiangan dapat dilakukan bersama-sama dengan penggemburan tanah. 3) Untuk tanaman dewasa dilakukan 2 x setahun

b. Pohon Pelindung

Penanaman pohon pelindung

1) Tanaman kopi sangat memerlukan naungan untuk menjaga agar tanaman kopi jangan berbuah terlalu banyak sehingga kekuatan tanaman cepat habis. 2) Pohon pelindung ditanam 1 – 2 tahun sebelum penaman kopi, atau memanfaatkan tanaman pelindung yang ada. 3) Jenis tanaman untuk pohon pelindung antara lain lamtoro, dadap, sengon, dll.

Pengaturan pohon pelindung

1) Tinggi pencabangan pohon pelindung diusahakan 2 x tinggi pohon kopi. 2) Pemangkasan pohon pelindung dilakukan pada musim hujan. 3) Apabila tanaman kopi dan pohon pelindung telah cukup besar, pohon pelindung bisa diperpanjang menjadi 1 : 2 atau 1 : 4.

Pemangkasan Kopi

1) Pangkasan Bentuk

a. Tinggi pangkasan 1,5 – 1,8 m

b. Cabang primer teratas harus dipotong tinggi 1 ruas

c. Pemangkasan dilakukan di akhir musim hujan

2) Pangkasan Produksi

a. Pembuangan tunas wiwilan (tunas air) yang tumbuh ke atas.

b. Pembuangan cabang cacing dan cabang balik yang tidak menghasilkan buah.

c. Pembuanagn cabang-cabang yang terserang hama penyakit.

d. Pemangkasan dilakukan 3 – 4 kali setahun dan dikerjakan pada awal musim hujan.

3) Pangkasan Rejupinasi (pemudaan)

a. Ditujukan pada tanaman yang sudah tua dan produksinya sudah turun menurun

b. Pada awal musim hujan, batang dipotong miring setinggi 40 – 50 cm dari leher akar. Bekas potongan dioles dengan aspal.

c. Tanah disekeliling tanaman dicangkul dan dipupuk

d. Dari beberapa tunas yang tumbuh pelihara 1 -2 tunas yang pertumbuhannya baik dan lurus ke atas.

e. Setelah cukup besar, disambung dengan jenis yang baik dan produksinya tinggi.

Pemupukan

a. Dosis pemupukan kopi per pohon adalah :

Umur 1 tahun : 50 gr Urea, 40 gr TSP, dan 40 gr KCL.

Umur 2 tahun : 100 gr Urea, 80 gr TSP, dan 80 gr KCL.

Umur 3 tahun : 150 gr Urea, 100 gr TSP, dan 100 gr KCL.

Umur 4 tahun : 200 gr Urea, 100 gr TSP, dan 100 gr KCL.

Umur 5-10 tahun : 300 gr Urea, 150 gr TSP, dan 240 gr KCL.

Umur 10 thn keatas : 500 gr Urea, 200 gr TSP, dan 320 gr KCL.

b. Pupuk diberikan dua kali setahun yaitu awal dan akhir musim hujan masing-masing setengah dosis.

c. Cara pemupukan dengan membuat parit melingkar pohon sedalam ± 10 cm, dengan jarak proyek tajuk pohon (± 1 m)

Pengendalian Hama Penyakit.

a. Hama

Hama Bubuk Buah

Penyebab adalah sejenis kumbang kecil yang menyerang buah muda dan tua.

Pengendaliandengan mekanis yaitu dengan mengumpulkan buah-buah yang terserang, secara kultur teknis dengan penjarangan naungan dan tanaman sedangkan secara chemis dengan Insektisida Dimecron 50 SCW, Tamaron, Argothion, Lebaycide, Sevin 85 S dengan dosis 2 cc / liter air.

Bubuk Cabang (Xyloborus moliberus)

Menyerang/menggerek cabang dan ranting kecil 3 – 7 dari pucuk kopi. Daun menjadi kuning dan rontok kemudian cabang akan mongering. Pengendalian sama seperti pada hama bubuk buah.

b. Penyakit

Penyakit Karat Daun

Penyebab adalah sejenis Cendawan. Tanda serangan ada bercak-bercak merah kekuningan pada bagian bawah daun, sedangkan di permukaan daun ada bercak kuning. Kemudian daun gugur, ujung cabang muda kering dan buah kopi menjadi hitam kering dan kualitas tidak baik selanjutnya tanaman akan mati.

Pengendalian secara kultur teknis dengan menanam jenis kopi arabika yang tahan sepertio S 333, S 288 dan S 795 serta menjaga agar kondisi FungisidaDithane M-45 dengan dosis 2 gr/liter air.

Panen

1) Kopi Arabika mulai berbuah pada umur 4 tahun. 2) Petik buah yang betul masak dengan warna merah, tua agar menghasilkan kopi yang berkualitas. 3) Pada waktu panen (pemetikan) agar berhati-hati supaya tidak ada bagian pohon/cabang/ranting) yang rusak.

Sumber: www.disbun.jabarprov.go.id

Selasa, 01 Desember 2015

BUDIDAYA CABE


RERAMBAN GEGODHONGAN :

PENDAHULUAN

Cabai (Capsicum Annum var longum) merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memiliki nilai ekonomi penting di Indonesia, Karena buahnya selain dijadikan sayuran atau bumbu masak juga mempunyai kapasitas menaikkan pendapatan petani, sebagai bahan baku industri, memiliki peluang eksport, membuka kesempatan kerja serta sebagai sumber vitamin C. Luas tanaman dan produksi cabe di Irian Jaya pada tahun 1998 adalah 4.104 ha dengan produksi 8.565 ton/ ha.

SYARAT TUMBUH

1. Tanah

- Tanah berstruktur remah/ gembur dan kaya akan bahan organik.
- Derajat keasaman (PH) tanah antara 5,5 - 7,0
- Tanah tidak becek/ ada genangan air
- Lahan pertanaman terbuka atau tidak ada naungan.

2. Iklim

- Curah hujan 1500-2500 mm pertahun dengan distribusi merata.
- Suhu udara 16° - 32 ° C
- Saat pembungaan sampai dengan saat pemasakan buah, keadaan sinar atahari cukup (10 - 12 jam).

TEKNIK BUDIDAYA

1. Persemaian

- Kebutuhan benih setiap hektar pertanaman adalah 150 - 300 gram dengan daya
tumbuh lebih dari 90 %.
- Siapkan media semai dari tanah, pasir dan pupuk kandang dengan erbandingan 1:1 yang dibuat bedengan setinggi ± 20 cm, lebar ± 1 m dan anjang 3-5 m serta diberi naungan dari jerami atau alang-alang/ daun kelapa.
- Sebar benih secara merata atau ditebar dalam garikan dengan jarak antar aritan 5 cm dan ditutup tanah tipis-tipis lalu disiram. Pertahankan kelembaban anah tetap baik agar biji cepat tumbuh
- Setelah bibit berumur 10 hari, maka dilakukan pengkokeran untuk memudahkan menanaman dan mencegah kematian pada waktu tanaman dipindahkan. Sebagai oker dapat digunakan daun pisang , daun kelapa atau kantong plastik. Bibit ang telah dikoker ditempatkan dibawah naungan persemaian.
- Sekitar lima hari sebelum bibit dipindahkan naungan pada persemaian dibuka
atau dikurangi supaya bibit terbiasa kena sinar matahari.

2. Pengolahan Tanah

- Satu minggu sebelum tanam lahan sudah siap, meliputi mencangkul/ bajak dan pembuatan bedengan.
- Ukuran bedengan tinggi ± 30 cm, lebar 1-1,5 m dan panjang sesuai kebutuhan letakan dengan j arak antar bedengan + 30 cm.
- Berikan pupuk kandang dengan dosis 20-30 ton/ ha.
- Bila dipergunakan mulsa dari plastik dapat dipasang setelah dilakukan pemupukan pupuk kandang den bile dipergunakan mulsa dari limbah tanaman seperti dang-slang den sisa-sisa tanaman dapat diberikan setelah penanaman bibit.

3. Penanaman

- Bibit dapat dipindahkan pada umur 28-35 hari setelah semai dengan daun 5 - 7 helai.
- Pilih bibit yang tinggi den besarnya seragam. Tanam bibit dengan posisi tegak dan tekan sedikit tanah disekeliling batang tanaman.
- Siram tanaman secukupnya setelah tanam den penyiraman berikutnya dilakukan2 hari sekali bila tidak ada hujan.

4. Pemupukan

- Diberikan dengan dosis den aplikasi sebagai berikut:
- Pupuk kandang 20 ton / ha.
- Aplikasi seminggu sebelum tanam.
- Urea 150 kg/ ha, umur 3,6,9 minggu setelah tanam dengan dosis 1/3 setiap aplikasi.
- ZA 400 kg/ ha. Umur 3,6,9 minggu setelah tanam dengan dosis 1/3 setiap aplikasi.
- TSP - 36 : 150 kg/ ha, aplikasi seminggu sebelum tanam.
- KCL :100 kg/ ha, umur 3,6,9 minggu setelah tanam dengan dosis 1/3 setiap aplikasi.
- Untuk lebih meningkatkan hasil dapat diberikan pupuk pelengkap cair Tress dengan dosis 500 1/ ha, pada umur 20 hari setelah tanam. Umur 30 hari setelah tanam 500 liter /ha. Umur 40 hari setelah tanam 500 liter /ha dan 50 hari setelah tanam 500 liter /ha.

5. Pemeliharaan

- Lakukan penyulaman bile ads tanaman yang mati pads pagi/ sore hari.
- Pemasangan ajir dapat dilakukan pada saat penanaman atau setelah tanaman setinggi 30 s/d 50 cm dan langsung diikat, panjang ajir + 1,5 m.
- Siangi pertanaman sebelum dilakukan pemupukan bila terdapat gulma.

6. Pengendalian Hama dan Penyakit

- Hama dan penyakit yang wereng menyerang tanaman cabe adalah hama kutu, daun persik, ulat, grayak, hama trips, penyakit busuk buah, bercak daun dan busuk batang. Pengendaliannya hama dapat dilakukan dengan Penyemprotan pestisida alamai ( Lihat artikel tentang pestisida alami )

7. Panen

- Panenlah cabe, bila cabe warna buahnya lebih dari 60 % (Warna buah masih belang hitam).
- Pemanenan dapat dilakukan setiap 3-5 hari sekali secara terus menerus sampai tanaman tidak menghasilkan
- Sewaktu panen sertakan tangkai buahnya, lakukan secara selektif dan hati - hati agar bunga, buah agar batang tidak rontok/ rusak.

Sumber :
http://lestarimandiri.org/id/budidaya-tanaman-organik/tanaman-sayuran/94-sayuran/106-budid

BUDIDAYA KEDELAI


AYOK TETANDURAN :

1. SEJARAH SINGKAT

Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak. Kedelai jenis liar Glycine ururiencis, merupakan kedelai yang menurunkan berbagai kedelai yang kita kenal sekarang (Glycine max (L) Merril). Berasal dari daerah Manshukuo (Cina Utara). Di Indonesia, yang dibudidayakan mulai abad ke-17 sebagai tanaman makanan dan pupuk hijau. Penyebaran tanaman kedelai ke Indonesia berasal dari daerah Manshukuo menyebar ke daerah Mansyuria: Jepang (Asia Timur) dan ke negara-negara lain di Amerika dan Afrika.

2. JENIS TANAMAN

Sistematika tanaman kedelai adalah sebagai berikut:
Familia : Leguminosae
Subfamili: Papilionoidae
Genus : Glycine
Species : Glycine max L

Kedelai yang tumbuh secara liar di Asia Tenggara meliputi sekitar 40 jenis. Penyebaran geografis dari kedelai mempengaruhi jenis tipenya. Terdapat 4 tipe kedelai yakni: tipe Mansyuria, Jepang, India, dan Cina.

Dasar-dasar penentuan varietas kedelai adalah menurut: umur, warna biji dan tipe batang. Varietas kedelai yang dianjurkan yaitu: Otan, No. 27, No.29, Ringgit 317, Sumbing 452, Merapi 520, Shakti 945, Davros, Economic Garden, Taichung 1290, TKG 1291, Clark 1293, Orba 1343, Galunggung, Lokon, Guntur, Wilis, Dempo, Kerinci, Raung, Merbabu, Muria dan Tidar.

3. MANFAAT TANAMAN

Kacang kedelai yang diolah menjadi tepung kedelai secara garis besar dapat dibagi menjadi 2 kelompok manfaat utama, yaitu: olahan dalam bentuk protein kedelai dan minyak kedelai. Dalam bentuk protein kedelai dapat digunakan sebagai bahan industri makanan yang diolah menjadi: susu, vetsin, kue-kue, permen dan daging nabati serta sebagai bahan industri bukan makanan seperti : kertas, cat cair, tinta cetak dan tekstil.

Sedangkan olahan dalam bentuk minyak kedelai digunakan sebagai bahan industri makanan dan non makanan. Industri makanan dari minyak kedelai yang digunakan sebagai bahan industri makanan berbentuk gliserida sebagai bahan untuk pembuatan minyak goreng, margarin dan bahan lemak lainnya. Sedangkan dalam bentuk lecithin dibuat antara lain: margarin, kue, tinta, kosmetika, insectisida dan farmasi.

4. SENTRA PENANAMAN

Di salah satu negara bagian Amerika Serikat, terdapat areal pertumbuhan kedelai yang sangat luas sehingga menghasilkan 57 % produksi kedelai dunia. Di Indonesia, saat ini kedelai banyak ditanam di dataran rendah yang tidak banyak mengandung air, seperti di pesisir Utara Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Sulawesi Utara (Gorontalo), Lampung, Sumatera Selatan dan Bali.

5. SYARAT PETUMBUHAN

5.1.Iklim

1. Tanaman kedelai sebagian besar tumbuh di daerah yang beriklim tropis dan subtropis. Sebagai barometer iklim yang cocok bagi kedelai adalah bila cocok bagi tanaman jagung. Bahkan daya tahan kedelai lebih baik daripada jagung. Iklim kering lebih disukai tanaman kedelai dibandingkan iklim lembab.

2.Tanaman kedelai dapat tumbuh baik di daerah yang memiliki curah hujan sekitar 100-400 mm/bulan. Sedangkan untuk mendapatkan hasil optimal, tanaman kedelai membutuhkan curah hujan antara 100-200 mm/bulan.

3. Suhu yang dikehendaki tanaman kedelai antara 21-34 derajat C, akan tetapi suhu optimum bagi pertumbuhan tanaman kedelai 23-27 derajat C. Pada proses perkecambahan benih kedelai memerlukan suhu yang cocok sekitar 30 derajat C.

4. Saat panen kedelai yang jatuh pada musim kemarau akan lebih baik dari pada musim hujan, karena berpengaruh terhadap waktu pemasakan biji dan pengeringan hasil.

5.2.Media Tanam

1.Pada dasarnya kedelai menghendaki kondisi tanah yang tidak terlalu basah, tetapi air tetap tersedia. Jagung merupakan tanaman indikator yang baik bagi kedelai. Tanah yang baik ditanami jagung, baik pula ditanami kedelai.

2.Kedelai tidak menuntut struktur tanah yang khusus sebagai suatu persyaratan tumbuh. Bahkan pada kondisi lahan yang kurang subur dan agak asam pun kedelai dapat tumbuh dengan baik, asal tidak tergenang air yang akan menyebabkan busuknya akar. Kedelai dapat tumbuh baik pada berbagai jenis tanah, asal drainase dan aerasi tanah cukup baik.

3. Tanah-tanah yang cocok yaitu: alluvial, regosol, grumosol, latosol dan andosol. Pada tanah-tanah podsolik merah kuning dan tanah yang mengandung banyak pasir kwarsa, pertumbuhan kedelai kurang baik, kecuali bila diberi tambahan pupuk organik atau kompos dalam jumlah cukup.

4.Tanah yang baru pertama kali ditanami kedelai, sebelumnya perlu diberi bakteri Rhizobium, kecuali tanah yang sudah pernah ditanami Vigna sinensis (kacang panjang). Kedelai yang ditanam pada tanah berkapur atau bekas ditanami padi akan lebih baik hasilnya, sebab tekstur tanahnya masih baik dan tidak perlu diberi pemupukan awal.
5. Kedelai juga membutuhkan tanah yang kaya akan humus atau bahan organik. Bahan organik yang cukup dalam tanah akan memperbaiki daya olah dan juga merupakan sumber makanan bagi jasad renik, yang akhirnya akan membebaskan unsur hara untuk pertumbuhan tanaman.

6. Tanah berpasir dapat ditanami kedelai, asal air dan hara tanaman untuk pertumbuhannya cukup. Tanah yang mengandung liat tinggi, sebaiknya diadakan perbaikan drainase dan aerasi sehingga tanaman tidak kekurangan oksigen dan tidak tergenang air waktu hujan besar. Untuk memperbaiki aerasi, bahan organik sangat penting artinya.

7. Toleransi keasaman tanah sebagai syarat tumbuh bagi kedelai adalah pH= 5,8-7,0 tetapi pada pH 4,5 pun kedelai dapat tumbuh. Pada pH kurang dari 5,5 pertumbuhannya sangat terlambat karena keracunan aluminium. Pertumbuhan bakteri bintil dan proses nitrifikasi (proses oksidasi amoniak menjadi nitrit atau proses pembusukan) akan berjalan kurang baik.

8. Dalam pembudidayaan tanaman kedelai, sebaiknya dipilih lokasi yang topografi tanahnya datar, sehingga tidak perlu dibuat teras-teras dan tanggul.

5.3.Ketinggian Tempat

Varietas kedelai berbiji kecil, sangat cocok ditanam di lahan dengan ketinggian 0,5- 300 m dpl. Sedangkan varietasi kedelai berbiji besar cocok ditanam di lahan dengan ketinggian 300-500 m dpl. Kedelai biasanya akan tumbuh baik pada ketinggian tidak lebih dari 500 m dpl.

6. PEDOMAN BUDIDAYA

6.1. Pembibitan

Teknik Benih

Untuk mendapatkan hasil panen yang baik, maka benih yang digunakan harus yang berkualitas baik, artinya benih mempunyai daya tumbuh yang besar dan seragam, tidak tercemar dengan varietas-varietas lainnya, bersih dari kotoran, dan tidak terinfeksi dengan hama penyakit. Benih yang ditanam juga harus merupakan varietas unggul yang berproduksi tinggi, berumur genjah/pendek dan tahan terhadap serangan hama penyakit.
Beberapa varietas unggul kedelai adalah: Ainggit (137), Clark 63, Davros, Economic Garden, Galunggung, Guntur, Lakon, Limpo Batang, Merbabu, No.27, No.29, No.452, Orba, Peter, Raung, Rinjani, Shakti, Taichung, Tambora, Tidar, TK 5, Wilis.

Penyiapan Benih

Pada tanah yang belum pernah ditanami kedelai, sebelum benih ditanam harus dicampur dengan legin, (suatu inokulum buatan dari bakteri atau kapang yang ditempatkan di media biakan, tanah, kompos untuk memulai aktifitas biologinya Rhizobium japonicum). Pada tanah yang sudah sering ditanam dengan kedelai atau kacang-kacangan lain, berarti sudah mengandung bakteri tersebut. Bakteri ini akan hidup di dalam bintil akar dan bermanfaat sebagai pengikat unsur N dari udara.

Cara pemberian legin:
(1) sebanyak 5-10 gram legin dibasahi dengan air sekitar 10 cc;
(2) legin dicampur dengan 1 kg benih dan kocok hingga merata (agar seluruh kulit biji terbungkus dengan inokulum;
(3) setelah diinokulasi, benih dibiarkan sekitar 15 menit baru dapat ditanam. Dapat juga benih diangin-anginkan terlebih dahulu sebelum ditanam, tetapi tidak lebih dari 6 jam.

Selain itu, yang perlu diperhatikan dalam hal memilih benih yang baik adalah: kondisi dan lama penyimpanan benih tersebut. Biji kedelai mudah menurun daya kecambah/daya tumbuhnya (terutama bila kadar air dalam biji = 13% dan disimpan di ruangan bersuhu = 25 derajat C, dengan kelembaban nisbi ruang = 80%.

Teknik Penyemaian Benih

Penanaman dengan benih yang mempunyai daya tumbuh agak rendah dapat diatasi dengan cara menanamkan 3-4 biji tiap lubang, atau dengan memperpendek jarak tanam. Jarak tanam pada penanaman benih berdasarkan tipe pertumbuhan tegak dapat diperpendek, sebaliknya untuk tipe pertumbuhan agak condong (batang bercabang banyak) diusahakan agak panjang, supaya pertumbuhan tanaman yang satu dengan lainnya tidak terganggu.

Pemindahan Bibit

Ketika memindah yaitu menunjuk akar tanaman di kebun, perlu memperhatikan cara-cara yang baik dan benar. Pemindahan bibit yang ceroboh dapat merusak perakaran tanaman, sehingga pada saat bibit telah ditanam maka akan mengalami hambatan dalam pertumbuhan bahkan mati.

6.2. Pengolahan Media Tanam

Persiapan

Terdapat 2 cara mempersiapkan penanaman kedelai, yakni: persiapan tanpa pengolahan tanah (ekstensif) di sawah bekas ditanami padi rendheng dan persiapan dengan pengolahan tanah (intensif). Persiapan tanam pada tanah tegalan atau sawah tadah hujan sebaiknya dilakukan 2 kali pencangkulan.

Pertama dibiarkan bongkahan terangin-angin 5-7 hari, pencangkulan ke 2 sekaligus meratakan, memupuk, menggemburkan dan membersihkan tanah dari sisa-sia akar. Jarak antara waktu pengolahan tanah dengan waktu penanaman sekitar 3 minggu.

Pembentukan Bedengan

Pembuatan bedengan dapat dilakukan dengan pencangkulan ataupun dengan bajak lebar 50-60 cm, tinggi 20 cm. Apabila akan dibuat drainase, maka jarak antara drainase yang satu dengan lainnya sekitar 3-4 m.

Pengapuran

Tanah dengan keasaman kurang dari 5,5 seperti tanah podsolik merah-kuning, harus dilakukan pengapuran untuk mendapatkan hasil tanam yang baik. Kapur dapat diberikan dengan cara menyebar di permukaan tanah, kemudian dicampur sedalam lapisan olah tanah sekitar 15 cm. Pengapuran dilakukan 1 bulan sebelum musim tanam, dengan dosis 2-3 ton/ha. Diharapkan pada saat musim tanam kapur sudah bereaksi dengan tanah, dan pH tanah sudah meningkat sesuai dengan yang diinginkan.

Kapur halus memberikan reaksi lebih cepat daripada kapur kasar. Sebagai sumber kapur dapat digunakan batu kapur atau kapur tembok. Pemberian kapur tidak harus dilakukan setiap kali tanam, tetapi setiap 3-4 tahun sekali. Dengan pengapuran, tanah menjadi kaya akan Calsium (Ca) dan Magnesium (Mg) dan pH-nya meningkat. Selain itu peningkatan pH dapat menaikkan tingkat persediaan
Molibdenum (Mo) yang berperan penting untuk produksi kedelai dan golongan tanaman kacang-kacangan, karena erat hubungannya dengan perkembangan bintil akar.

6.3. Teknik Penanaman

Penentuan Pola Tanam

Jarak tanam pada penanaman dengan membuat tugalan berkisar antara 20-40 cm. Jarak tanam yang biasa dipakai adalah 30 x 20 cm, 25 x 25 cm, atau 20 x 20 cm.

Jarak tanam hendaknya teratur, agar tanaman memperoleh ruang tumbuh yang seragam dan mudah disiangi. Jarak tanam kedelai tergantung pada tingkat kesuburan tanah dan sifat tanaman yang bersangkutan. Pada tanah yang subur, jarak tanam lebih renggang, dan sebaliknya pada tanah tandus jarak tanam dapat dirapatkan.

Pembuatan Lubang Tanam

Jika areal luas dan pengolahan tanah dilakukan dengan pembajakan, penanaman benih dilakukan menurut alur bajak sedalam kira-kira 5 cm. Sedangkan jarak jarak antara alur yang satu dengan yang lain dapat dibuat 50-60 cm, dan untuk alur ganda jarak tanam dibuat 20 cm.

Cara Penanaman

Sistem penanaman yang biasa dilakukan adalah:

a. Sistem tanaman tunggal

Dalam sistem ini, seluruh lahan ditanami kedelai dengan tujuan memperoleh produksi kedelai baik mutu maupun jumlahnya. Kedelai yang ditanam dengan sistem ini, membutuhkan lahan kering namun cukup mengandung air, seperti tanah sawah bekas ditanami padi rendeng dan tanah tegalan pada permulaan musim penghujan. Kelebihan lainnya ialah memudahkan pemberantasan hama dan penyakit. Kelemahan sistem ini adalah: penyebaran hama dan penyakit kedelai relatif cepat, sehingga penanaman kedelai dengan sistem ini memerlukan perhatian khusus. Jarak tanam kedelai sebagai tanaman tunggal adalah: 20 x 20 cm; 20 x 35 cm atau 20 x 40 cm.

b. Sistem tanaman campuran

Dengan sistem ini harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
1. Umur tanaman tidak jauh berbeda.
2. Tanaman yang satu tidak mempunyai sifat mengalahkan tanaman yang liar.
3. Jenis hama dan penyakit sama atau salah satu tanaman tahan terhadap hama dan penyakit.
4. Kedua tanaman merupakan tanaman palawija, misalnya kedelai dengan kacang tunggak/ kacang tanah, kedelai dengan jagung, kedelai dengan ketela pohon.

c. Sistem tanaman tumpangsari

Sistem ini biasa diterapkan pada tanah yang mendapat pengairan terus menerus sepanjang waktu, misalnya tanah sawah yang memiliki irigasi teknis. Untuk mendapatkan kedelai yang bermutu baik, biasanya kedelai ditanam bersamaan.

Waktu Tanam

Pemilihan waktu tanam kedelai ini harus tepat, agar tanaman yang masih muda tidak terkena banjir atau kekeringan. Karena umur kedelai menurut varietas yang dianjurkan berkisar antara 75-120 hari, maka sebaiknya kedelai ditanam menjelang akhir musim penghujan, yakni saat tanah agak kering tetapi masih mengandung cukup air.

Waktu tanam yang tepat pada masing-masing daerah sangat berbeda. Sebagai pedoman: bila ditanam di tanah tegalan, waktu tanam terbaik adalah permulaan musim penghujan. Bila ditanam di tanah sawah, waktu tanam paling tepat adalah menjelang akhir musim penghujan. Di lahan sawah dengan irigasi, kedelai dapat ditanam pada awal sampai pertengahan musim kemarau.

6.4. Pemeliharaan Tanaman

Penjarangan dan Penyulaman.

Kedelai mulai tumbuh kira-kira umur 5-6 hari. Dalam kenyataannya tidak semua biji yang ditanam dapat tumbuh dengan baik, sehingga akan terlihat tidak seragam. Untuk menjaga agar produksi tetap baik, benih kedelai yang tidak tumbuh sebaiknya segera diganti dengan biji-biji yang baru yang telah dicampur Legin atau Nitrogen. Hal ini perlu dilakukan apabila jumlah benih yang tidak tumbuh mencapai lebih dari 10 %. Waktu penyulaman yang terbaik adalah sore hari.

Penyiangan

Penyiangan ke-1 pada tanaman kedelai dilakukan pada umur 2-3 minggu. Penyiangan ke-2 dilakukan pada saat tanaman selesai berbunga, sekitar 6 minggu setelah tanam. Penyiangan ke-2 ini dilakukan bersamaan dengan pemupukan ke-2 (pemupukan lanjutan). Penyiangan dapat dilakukan dengan cara mengikis gulma yang tumbuh dengan tangan atau kuret. Apabila lahannya luas, dapat juga dengan menggunakan herbisida. Sebaiknya digunakan herbisida seperti Lasso untuk gulma berdaun sempit dengan dosis 4 liter/ha.

Pembubunan

Pembubunan dilakukan dengan hati-hati dan tidak terlalu dalam agar tidak merusak perakaran tanaman. Luka pada akar akan menjadi tempat penyakit yang berbahaya.

Pemupukan

Dosis pupuk yang digunakan sangat tergantung pada jenis lahan dan kondisi tanah. Pada tanah subur atau tanah bekas ditanami padi dengan dosis pupuk tinggi, pemupukan tidak diperlukan. Pada tanah yang kurang subur, pemupukan dapat menaikkan hasil. Dosis pupuk secara tepat adalah sebagai berikut:
a)Sawah kondisi tanah subur: pupuk Urea=50 kg/ha.
b)Sawah kondisi tanah subur sedang: pupuk Urea=50 kg/ha, TSP=75 kg/ha dan KCl=100 kg/ha.
c)Sawah kondisi tanah subur rendah: pupuk Urea=100 kg/ha, TSP=75 kg/ha dan KCl=100 kg/ha.
d)Lahan kering kondisi tanah kurang subur: pupuk kandang=2000-5000 kg/ha; Urea=50-100 kg/ha, TSP=50-75 kg/ha dan KCl=50-75 kg/ha.

Pengairan dan Penyiraman

Kedelai menghendaki kondisi tanah yang lembab tetapi tidak becek. Kondisi seperti ini dibutuhkan sejak benih ditanam hingga pengisian polong. Saat menjelang panen, tanah sebaiknya dalam keadaan kering. Kekurangan air pada masa pertumbuhan akan menyebabkan tanaman kerdil, bahkan dapat menyebabkan kematian apabila kekeringan telah melalui batas toleransinya. Kekeringan pada masa pembungaan dan pengisian polong dapat menyebabkan kegagalan panen.

Di lahan sawah irigasi, pemberian air di sawah bisa diatur. Namun bila tidak ada irigasi, penyediaan air hanya hanya dapat dilakukan dengan mengatur waktu tanamnya dan pemberian mulsa. Mulsa berupa jerami atau potongan-potongan tanaman lainnya yang dihamparkan pada permukaan tanah. Mulsa ini akan mencegah penguapan air secara berlebihan.

Apabila ada irigasi dan tidak ada hujan selama lebih dari 7 hari, tanah harus diairi. Caranya tanaman digenangi air selama 30-60 menit. Pengairan seperti ini diulangi setiap 7-10 hari. Pengairan tidak dilakukan lagi apabila polong telah terisi penuh. Pada tanah yang keras (drainase buruk) kelebihan air akan meyebabkan akar membusuk. Di tanah berdrainase buruk harus dibuat saluran drainase di setiap 3- 4 meter lahan memanjang sejajar dengan barisan tanam. Hal ini terutama dilakukan pada saat musim hujan.

Waktu Penyemprotan Pestisida

Penyemprotan pestisida dilakukan pada waktu yang berbeda-beda tergantung jenis hama dan pola penyerangannya.
a) Lalat bibit, diberi insektisida Marshal 200 EC, dicampur dengan benih, dilakukan sebelum benih ditanam.
b) Ulat prodenia dilakukan penyemprotan dengan insektisida Azodrin 15 WSC, Huslation 40 EC, Thiodon 35 EC dan Barudin 60 EC sebanyak 2 kali seminggu setelah ditemukan telur.
c) Wereng kedelai atau kumbang daun, disemprot dengan insektisida Surecide 25 EC, Kharpos 50 EC, Hosthathion 40 EC, Azodrin 15 WSC, Sevin 85 SP atau Tamaron pada tanaman setelah berumur di atas 20 hari.
d) Kepik coklat disemprot dengan Azodrin 15 WSC, Diazinois 60 EC dan Dusban 20 EC atau Bayrusil setiap 1-2 minggu, setelah tanam 50 hari.
e) Ulat penggerek polong, disemprot dengan insektisida Agrothion 50 EC, Dursban 20 EC, Azodrin 115 WSC, Thiodan 35 EC pada waktu pembentukan polong.

Pemeliharaan Lain
Kedelai termasuk tanaman yang membutuhkan banyak sinar matahari maka membutuhkan tanaman pelindung. Tanaman kedelai yang terlindung akan selalu muda sehingga proses pembentukan buah kurang baik, dan hasilnya akan sedikit, bahkan tidak berbuah sama sekali. Tanaman kedelai akan rusak bila tertimpa cabang -cabang kering tanaman pelindung yang jatuh.

7. HAMA DAN PENYAKIT

7.1. Hama

a. Aphis SPP (Aphis Glycine)

Kutu dewasa ukuran kecil 1-1,5 mm berwarna hitam, ada yang bersayap dan tidak. Kutu ini dapat dapat menularkan virus SMV (Soyabean Mosaik Virus). Menyerang pada awal pertumbuhan dan masa pertumbuhan bunga dan polong.
Gejala : layu, pertumbuhannya terhambat.

Pengendalian :
(1) menanam kedelai pada waktunya, mengolah tanah dengan baik, bersih, memenuhi syarat, tidak ditumbuhi tanaman inang seperti: terung-terungan, kapas-kapasan atau kacangkacangan;
(2) membuang bagian tanaman yang terserang hama dan membakarnya;
(3) menggunakan musuh alami (predator maupun parasit);
(4) penyemprotan insektisida dilakukan pada permukaan daun bagian atas dan bawah.

b. Melano Agromyza Phaseoli, kecil sekali (1,5 mm)

Lalat bertelur pada leher akar, larva masuk ke dalam batang memakan isi batang, kemudian menjadi lalat dan bertelur. Lebih berbahaya bagi kedelai yang ditanam di ladang.
Pengendalian :
(1) waktu tanam pada saat tanah masih lembab dan subur (tidak pada bulan-bulan kering);
(2) penyemprotan Agrothion 50 EC, Azodrin 15 WSC, Sumithoin 50 EC, Surecide 25 EC

c. Kumbang daun tembukur (Phaedonia Inclusa)

Bertubuh kecil, hitam bergaris kuning. Bertelur pada permukaan daun.
Gejala : larva dan kumbang memakan daun, bunga, pucuk, polong muda, bahkan seluruh tanaman.
Pengendalian : penyemprotan Agrothion 50 EC, Basudin 50 EC, Diazinon 60 EC, dan Agrothion 50 EC.

d. Cantalan (Epilachana Soyae)

Kumbang berwarna merah dan larvanya yang berbulu duri, pemakan daun dan merusak bunga.
Pengendalian : sama dengan terhadap kumbang daun tembukur.

e. Ulat polong (Etiela Zinchenella)

Ulat yang berasal dari kupu-kupu ini bertelur di bawah daun buah, setelah menetas, ulat masuk ke dalam buah sampai besar, memakan buah muda.
Gejala : pada buah terdapat lubang kecil. Waktu buah masih hijau, polong bagian luar berubah warna, di dalam polong terdapat ulat gemuk hijau dan kotorannya.
Pengendalian :
(1) kedelai ditanam tepat pada waktunya (setelah panen padi), sebelum ulat berkembang biak;
(2) penyemprotan obat Dursban 20 EC sampai 15 hari sebelum panen.

f. Kepala polong (Riptortis Lincearis)

Gejala : polong bercak-bercak hitam dan menjadi hampa.
Pengendalian : penyemprotan Surecide 25 EC, Azodrin 15 WSC.

g. Lalat kacang (Ophiomyia Phaseoli)

Menyerang tanaman muda yang baru tumbuh.
Pengendalian : Saat benih ditanam, tanah diberi Furadan 36, kemudian setelah benih ditanam, tanah ditutup dengan jerami . Satu minggu setelah benih menjadi kecambah dilakukan penyemprotan dengan insektisida Azodrin 15 WSC, dengan dosis 2 cc/liter air, volume larutan 1000 liter/ha. Penyemprotan diulangi pada waktu kedelai berumur 1 bulan.

h. Kepik hijau (Nezara Viridula)

Panjang 16 mm, telur di bawah permukaan daun, berkelompok. Setelah 6 hari telur menetas menjadi nimfa (kepik muda), yang berwarna hitam bintik putih. Pagi hari berada di atas daun, saat matahari bersinar turun ke polong, memakan polong dan bertelur. Umur kepik dari telur hingga dewasa antara 1 sampai 6
bulan.
Gejala : polong dan biji mengempis serta kering. Biji bagian dalam atau kulit polong berbintik coklat.
Pengendalian : Azodrin 15 WCS, Dursban 20 EC, Fomodol 50 EC.
i. Ulat grayak (Prodenia Litura)
Seranggan: mendadak dan dalam jumlah besar, bermula dari kupu-kupu berwarna keabu-abuan, panjang 2 cm dan sayapnya 3-5 cm, bertelur di permukaan daun. Tiap kelompok telur terdiri dari 350 butir.
Gejala : kerusakan pada daun, ulat hidup bergerombol, memakan daun, dan berpencar mencari rumpun lain.
Pengendalian :
(1) dengan cara sanitasi;
(2) disemprotkan pada sore/malam hari (saat ulat menyerang tanaman) beberapa insektisida yang efektif seperti Dursban 20 EC, Azodrin 15 WSC dan Basudin 50 EC.

7.2. Penyakit

a. Penyakit layu lakteri (Pseudomonas solanacearum)

Penyakit ini menyerang pangkal batang. Penyerangan pada saat tanaman berumur 2-3 minggu. Penularan melalui tanah dan irigasi.
Gejala : : layu mendadak bila kelembaban terlalu tinggi dan jarak tanam rapat.
Pengendalian : (1) biji yang ditanam sebaiknya dari varietas yang tahan layu dan kebersihan sekitar tanaman dijaga, pergiliran tanaman dilakukan dengan tanaman yang bukan merupakan tanaman inang penyakit tersebut. Pemberantasan: belum ada.

b. Penyakit layu (Jamur tanah : Sclerotium Rolfsii)

Penyakit ini menyerang tanaman umur 2-3 minggu, saat udara lembab, dan tanaman berjarak tanam pendek.
Gejala : daun sedikit demi sedikit layu, menguning. Penularan melalui tanah dan irigasi.
Pengendalian :
(1) varietas yang ditanam sebaiknya yang tahan terhadap penyakit layu;
(2) menyemprotkan Dithane M 45, dengan dosis 2 gram/liter air.

c. Penyakit lapu (Witches Broom: Virus)

Penyakit ini menyerang polong menjelang berisi. Penularan melalui singgungan tanam karena jarak tanam terlalu dekat.
Gejala : bunga, buah dan daun mengecil.
Pengendalian : menyemprotkan Tetracycline atau Tokuthion 500 EC.

Penyakit anthracnose (Cendawan Colletotrichum Glycine Mori)

Penyakit ini menyerang daun dan polong yang telah tua. Penularan dengan perantaraan biji-biji yang telah kena penyakit, lebih parah jika cuaca cukup lembab.
Gejala : daun dan polong bintik-bintik kecil berwarna hitam, daun yang paling rendah rontok, polong muda yang terserang hama menjadi kosong dan isi polong tua menjadi kerdil.
Pengendalian :
(1) perhatikan pola pergiliran tanam yang tepat;
(2) penyemprotan Antracol 70 WP, Dithane M 45, Copper Sandoz.

e. Penyaklit karat (Cendawan phakospora Phachyrizi)

Penyakit ini menyerang daun. Penularan dengan perantaraan angin yang
menerbangkan dan menyebarkan spora.
Gejala : daun tampak bercak dan bintik coklat.
Pengendalian :
(1) cara menanam kedelai yang tahan terhadap penyakit;
(2) menyemprotkan Dithane M 45.

f. Penyakit bercak daun bakteri (Xanthomonas phaseoli)

Penyakit ini menyerang daun.
Gejala : permukaan daun bercak-bercak menembus ke bawah.
Pengendalian: menyemprotkan Dithane M 45.

g. Penyakit busuk batang (Cendawan Phytium Sp)

Penyakit ini menyerang batang. Penularan melalui tanah dan irigasi.
Gejala : batang menguning kecokllat-coklatan dan basah, kemudian membusuk dan mati.
Pengendalian : (1) memperbaiki drainase lahan; (2) menyemprotkan Dithane M 45.

h. Virus mosaik (virus)

Penyakit ini menyerang Yang diserang daun dan tunas. Penularan vektor penyebar virus ini adalah Aphis Glycine (sejenis kutu daun).
Gejala : perkembangan dan pertumbuhan lambat, tanaman menjadi kerdil.
Pengendalian :
(1) penanaman varietas yang tahan terhadap virus;
(2) menyemprotkan Tokuthion 500 EC.

8. P A N E N

8.1. Ciri dan Umur Panen

Panen kedelai dilakukan apabila sebagian besar daun sudah menguning, tetapi bukan karena serangan hama atau penyakit, lalu gugur, buah mulai berubah warna dari hijau menjadi kuning kecoklatan dan retak-retak, atau polong sudah kelihatan tua, batang berwarna kuning agak coklat dan gundul. Panen yang terlambat akan merugikan, karena banyak buah yang sudah tua dan kering, sehingga kulit polong retak-retak atau pecah dan biji lepas berhamburan. Disamping itu, buah akan gugur akibat tangkai buah mengering dan lepas dari cabangnya.

Perlu diperhatikan umur kedelai yang akan dipanen yaitu sekitar 75-110 hari, tergantung pada varietas dan ketinggian tempat. Perlu diperhatikan, kedelai yang akan digunakan sebagai bahan konsumsi dipetik pada usia 75-100 hari, sedangkan untuk dijadikan benih dipetik pada umur 100-110 hari, agar kemasakan biji betulbetul sempurna dan merata.

8.2. Cara Panen

Pemungutan hasil kedelai dilakukan pada saat tidak hujan, agar hasilnya segera dapat dijemur.

a)Pemungutan dengan cara mencabut

Sebelum tanaman dicabut, keadaan tanah perlu diperhatikan terlebih dulu. Pada tanah ringan dan berpasir, proses pencabutan akan lebih mudah. Cara pencabutan yang benar ialah dengan memegang batang poko, tangan dalam posisi tepat di bawah ranting dan cabang yang berbuah. Pencabutan harus dilakukan dengan hati-hati sebab kedelai yang sudah tua mudah sekali rontok bila tersentuh tangan.

b) Pemungutan dengan cara memotong

Alat yang biasanya digunakan untuk memotong adalah sabit yang cukup tajam, sehingga tidak terlalu banyak menimbulkan goncangan. Di samping itu dengan alat pemotong yang tajam, pekerjaan bisa dilakukan dengan cepat dan jumlah buah yang rontok akibat goncangan bisa ditekan. Pemungutan dengan cara memotong bisa meningkatkan kesuburan tanah, karena akar dengan bintilbintilnya yang menyimpan banyak senyawa nitrat tidak ikut tercabut, tapi tertinggal di dalam tanah. Pada tanah yang keras, pemungutan dengan cara mencabut sukar dilakukan, maka dengan memotong akan lebih cepat.

8.3. Periode Panen

Mengingat kemasakan buah tidak serempak, dan untuk menjaga agar buah yang belum masak benar tidak ikut dipetik, pemetikan sebaiknya dilakukan secara bertahap, beberapa kali.

8.4. Prakiraan Produksi

Produksi kedelai yang didasilkan para petani Indonesia rata-rata 600-700 kg/ha.

9. PASCA PANEN

9.1. Pengumpulan dan Pengeringan

Setelah pemungutan selesai, seluruh hasil panen hendaknya segera dijemur. Kedelai dikumpulkan kemudian dijemur di atas tikar, anyaman bambu, atau di lantai semen selama 3 hari. Sesudah kering sempurna dan merata, polong kedelai akan mudah pecah sehingga bijinya mudah dikeluarkan. Agar kedelai kering sempurna, pada saat penjemuran hendaknya dilakukan pembalikan berulang kali. Pembalikan juga menguntungkan karena dengan pembalikan banyak polong pecah dan banyak biji lepas dari polongnya. Sedangkan biji-biji masih terbungkus polong dengan mudah bisa dikeluarkan dari polong, asalkan polong sudah cukup kering.

Biji kedelai yang akan digunakan sebagai benih, dijemur secara terpisah. Biji tersebut sebenarnya telah dipilih dari tanaman-tanaman yang sehat dan dipanen tersendiri, kemudian dijemur sampai betul-betul kering dengan kadar air 10-15 %. Penjemuran benih sebaiknya dilakukan pada pagi hari, dari pukul 10.00 hingga 12.00 siang.

9.2. Penyortiran dan Penggolongan

Terdapat beberapa cara untuk memisahkan biji dari kulit polongan. Diantaranya dengan cara memukul-mukul tumpukan brangkasan kedelai secara langsung dengan kayu atau brangkasan kedelai sebelum dipukul-pukul dimasukkan ke dalam karung, atau dirontokkan dengan alat pemotong padi.

Setelah biji terpisah, brangkasan disingkirkan. Biji yang terpisah kemudian ditampi agar terpisah dari kotoran-kotoran lainnya. Biji yang luka dan keriput dipisahkan. Biji yang bersih ini selanjutnya dijemur kembali sampai kadar airnya 9-11 %. Biji yang sudah kering lalu dimasukkan ke dalam karung dan dipasarkan atau disimpan. Sebagai perkiraan dari batang dan daun basah hasil panen akan diperoleh biji kedelai sekitar 18,2 %.

9.3. Penyimpanan dan pengemasan

Sebagai tanaman pangan, kedelai dapat disimpan dalam jangka waktu cukup lama. Caranya kedelai disimpan di tempat kering dalam karung. Karung-karung kedelai ini ditumpuk pada tempat yang diberi alas kayu agar tidak langsung menyentuh tanah atau lantai. Apabila kedelai disimpan dalam waktu lama, maka setiap 2-3 bulan sekali harus dijemur lagi sampai kadar airnya sekitar 9-11 %.

10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN

10.1. Analisis Usaha Budidaya

Perkiraan analisis budidaya Kedelai di lahan pasang surut untuk luas lahan 1 hektar per musim tanam (4 bulan) di daerah Jawa Barat pada tahun 1999 adalah sebagai berikut:

1) Biaya produksi
1. Sewa lahan 1 ha, 1 musim tanam Rp. 400.000,-
2. Bibit: benih 40 kg @ Rp. 6000,- Rp. 240.000,-
3. Pupuk dan kapur
- Urea: 50 kg @ Rp. 1.500,- = Rp. 35.000,-
- SP-36: 125 @ Rp. 1.900,- = Rp. 35.000,-
- KCl: 50 kg @ Rp. 1.650,- = Rp. 100.000,-
- Kapur: 1.000 kg @ Rp. 300,- = Rp. 300.000,-

4. Pestisida

- Pestisida 2 liter @ Rp. 100.00,- = Rp. 200.000,-
- Legin = Rp. 180.000,-


5. Tenaga kerja

- Pengolahan tanah 30 OH = Rp. 300.000,-
- Penanaman 60 OH = Rp. 600.000,-
- Pemeliharaan 30 OH = Rp. 300.000,-


6. Panen dan pasca panen Rp. 1.000.000,-

Jumlah biaya produksi Rp. 3.780.000,-

2)Pendapatan 1.800 kg @ Rp. 3000,- = Rp. 5.400.000,-
3)Keuntungan Rp. 1.620.000,-
4)Parameter kelayakan usaha
1. B/C Ratio = 1,429

Sedangkan perkiraan analisis budidaya kedelai di lahan kering beriklim basah per hektar dalam 1 musim tanam (4 bulan) di daerah Jawa Barat pada tahun 1999 sebagai berikut:

1) Biaya produksi
1. Sewa lahan 1 ha, 1 musim tanam Rp. 500.000,-
2. Bibit: benih 40 kg @ Rp. 6000,- Rp. 240.000,-
3. Pupuk dan kapur
- Urea: 50 kg @ Rp. 1.500,- = Rp. 75.000,-
- SP-36: 125 @ Rp. 1.900,- = Rp. 237.500,-
- Kapur: 1000 kg @ Rp. 300,- = Rp. 300.000,-

4. Pestisida

- Pestisida 2 liter @ Rp. 100.00,- = Rp. 200.000,-
- Legin = Rp. 180.000,-


5. Tenaga kerja

- Pengolahan tanah 60 OH = Rp. 600.000,-
- Penanaman 60 OH = Rp. 600.000,-
- Pemeliharaan 50 OH = Rp. 500.000,-

6. Panen dan pasca panen Rp. 450.000,-

Jumlah biaya produksi Rp. 3.882.500,-

2) Pendapatan 1.800 kg @ Rp. 3000,- Rp. 5.400.000,-
3) Keuntungan Rp. 1.517.500,-
4) Parameter kelayakan usaha
1. B/C Ratio = 1,391

10.2. Gambaran Peluang Agribisnis

Bila dibandingkan dengan produksi kedelai Amerika yang mencapai 1800 kg/ha, produksi kedelai yang dihasilkan para petani Indonesia masih tergolong rendah yaitu rata-rata 600-700 kg/ha. Hal ini dapat dipecahkan dengan cara menanam varietas unggul secara intensif, yang dapat mencapai 20 kuintal/ha. Maka diharapkan produksi kedelai di Indonesia dapat ditingkatkan lagi, agar impor kacang kedelai dapat dihentikan.

Di pasaran umum harga kedelai disesuaikan dengan warna dan besar kecilnya biji. Harga kedelai putih lebih mahal sebab mudah dan baik sekali digunakan sebagai bahan pembuat tempe dan tahu yang sudah memasyarakat di Indonesia, serta bahan pembuat susu sari kedelai. Sebagai gambaran: pada saat harga kedelai putih biji besar Rp 500,-/kg; kedelai putih biji sedang dan kecil Rp 400,-/kg; kedelai hitam biji besar Rp 450,-/kg dan kedelai hitam biji sedang atau kecil Rp 375,- (tahun 1992). Patokan harga kedelai ini bisa bertahan dalam jangka waktu relatif lama, jadi dapat dikatakan harga kedelai agak stabil, jarang mengalami perubahan.

Di Indonesia, hasil panen kedelai dalam partai besar pada umumnya dijual melalui KUD, meskipun sementara petani masih menjual produksinya kepada tengkulak yang kemudian meneruskannya kepada pedagang besar (pengumpul) dan akhirnya disalurkan ke pabrik-pabrik. Sedangkan partai kecil pada umumnya dijual sendiri di pasar oleh para petani yang bersangkutan atau disalurkan ke industri rumah tangga yang mengusahakan tahu dan tempe. Jadi pada hakekatnya pemasaran kedelai tidak sulit, bahkan permintaan dari konsumen semakin meningkat.

Walaupun produktifitas tanaman kedelai cenderung mengalami peningkatan selama periode 1993-1997, Meningkatnya produksi kedelai pada periode tersebut merupakan hasil upaya intensifikasi dan ekstensifikasi yang telah dilaksanakan dengan didorong oleh adanya Program Upaya Khusus Peningkatan Produksi Kedelai di berbagai wilayah.

11. STANDAR PRODUKSI

11.1. Ruang Lingkup

Standar produksi ini meliputi: klasifikasi, syarat mutu, cara pengambilan contoh,cara uji, syarat penandaan dan pengemasan.

11.2. Diskripsi

Standar mutu kedelai di Indonesia tercantum dalam Standar Nasional Indonesia SNI 01-3922-1995

11.3. Klasifikasi dan Standar Mutu

a) Syarat umum
1. Bebas hama dan penyakit.
2. Bebas bau busuk, asam, atau bau asing lainnya.
3. Bebas dari bahan kimia, seperti: insektisida dan fungisida.
4. Memiliki suhu normal.

b) Syarat khusus
1. Kadar air maksimum (%): mutu I=13; mutu II=14; mutu III=14 dan mutu IV=16.
2. Butir belah maksimum (%): mutu I=1; mutu II=2; mutu III=3 dan mutu IV=5.
3. Butir rusak maksimum (%): mutu I=1; mutu II= 4; mutu III=3 dan mutu IV=5.
4. Butir warna lain maksimum (%): mutu I=1; mutu II=3; mutu III=5 dan mutu IV=10.
5. Kotoran maksimum (%): mutu I=0; mutu II=1; mutu III=2 dan mutu IV =3
6. Butir keriput maksimum (%): mutu I=0; mutu II=1; mutu III=3 dan mutu IV=5.
Untuk mendapatkan hasil produksi kedelai yang sesuai dengan yang telah
disyaratkan maka perlu dilakukan beberapa pengujian yang diantaranya:

a) Penentuan adanya hama dan penyakit, baru dilakukan dengan cara organoleptik kecuali adanya bahan kimia dengan menggunakan indera pengelihatan dan penciuman serta dibantu dengan peralatan dan cara yang diperbolehkan.
b) Penentuan adanya rusak, butir warna lain, kotoran dan butir pecah dilakukan dengan cara manual dengan pinset dengan contoh uji 100 gram/sampel. Persentase butir-butir warna lain, butir rusak, butir pecah, kotoran ditetapkan berdasarkan berat masing-masing komponen dibandingkan dengan berat contoh analisa x 100 %.
c) Penentuan kadar air biji ditentukan dengan moisturetester electronic yang telah dikalibrasiatau dengan Toluen AOAC 9254 dan Penentuan suhu dengan termometer.

11.4. Pengambilan Contoh

Contoh diambil secara acak sebanyak akar pangkat dua dari jumlah karung maksimum 30 karung dari tiap partai barang, kemudian dari tiap-tiap karung diambil contoh maksimum 500 gram. Contoh-contoh tersebut diaduk/dicampur sehingga merata, kemudian dibagi empat dan dua bagian diambil secara diagonal. Cara ini
dilakukan beberapa kali sampai mencapai contoh seberat 500 gram. Contoh ini disegel dan diberi label untuk dianalisa, berat contoh analisa 100 gram.

11.5 Pengemasan

Pengemasan dengan karung harus mempunyai persyaratan bersih dan dijahit mulutnya, berat netto maksimum 75 kg dan tahan mengalami “handling” baik waktu pemuatan maupun pembongkaran.
Di bagian luar karung (kecuali dalam bentuk curah) ditulis dengan bahan yang aman yang tidak luntur dan jelas terbaca antara lain:
a) Produksi Indonesia.
b) Daerah asal produksi.
c) Nama dan mutu barang.
d) Nama perusahaan /pengekspor.
e) Berat bruto.
f) Berat netto.
g) Nomor karung.
h) Tujuan.

12. DAFTAR PUSTAKA

1. AAK. (1989). Kedelai. Yogyakarta. Kanisius.
2. Balai Informasi Pertanian (1983/84). Kedele. Departemen Pertanian Banjarbaru
3. Capricorn Indo Consult. (1998). Studi Tentang Agroindustri dan Pemasaran JAGUNG & KEDELAI di Indonesia.
4. Marwanto. (1992). Intensitas Serangan Jamur Selama Penundaan Saat Panen dan Mutu Benih Kedelai (Glycine max L. Merill). Akata Agrosia, 1 (1):10-14.
5. Pasaribu, Askip. (1995). Respon Tanaman Kedelai (Glycine max) terhadap Herbisida dan Inokulasi Beberapa Strain Bradyrhizobium japonicum. Jurnal Penelitian Pertanian, 14 (3): 128-136
6. Wiroatmodjo; Sulistyono, Eko. (1991). Perbaikan Budidaya Basah Kedelai. Buletin Agronomi, 10 (1): 27-37

Sumber : Sistim Informasi Manajemen Pembangunan di Perdesaan, BAPPENAS